Dibangun Sukarela dan Mandiri Keberadaan Musala Al-Arva Di Eks Lokalisasi Payo Sigadung
Tampak beberapa anak tengah mengaji di Musala Al-Arva. Sementara foto lainnya, merupakan Musala Al-Arva--
JAMBI – Musala Al-Arva menjadi satu-satunya tempat ibadah yang berdiri di tengah-tengah kawasan eks lokalisasi Payo Sigadung atau pucuk, Kota Jambi.
Letaknya tepat di Jalan Syailendra Gang 5, Kelurahan Rawasari, Alam Barajo.
Musala ini dibangun secara suka rela oleh seorang warga, Wiwin AS (34) namanya. Ia mendirikan musala di atas bangunan bekas ‘room dan bar’ di kawasan lokalisasi.
Dikutip dari ANTARA, Wiwin bercerita bagaimana awalnya musala ini bisa terbangun yang kemudian saat ini juga menjadi tempat pendidikan Al Quran.
Ide membangun musala berawal dari rengekan anak bungsunya.
BACA JUGA:SMA Xaverius I VS SMAN 5 Kota Jambi Berlaga di Final Gubernur Cup 2024
BACA JUGA:Mulai Bertugas 25 September Sudirmna Emban Jabatan Pjs Gubernur Jambi
Saat itu, Arva, anak Wiwin, selalu meminta dibangunkan sebuah masjid karena dia gemar bermain dan mewarnai gambar kubah.
November 2023, awal mula pembangunan musala Al-Arva. Secara perlahan pembangunan dimulai menggunakan dana pribadinya.
Ekspektasi Wiwin tidak terlalu tinggi, musala mungil itu dapat menjadi tempat singgah dan beribadah masyarakat sekitar atau siapa saja yang ingin beribadah di dalamnya.
Kegiatan musala mulai aktif sejak Februari 2024, masyarakat mulai datang untuk shalat. Anak-anak sekitar mulai meramaikan musala ini setiap waktu.
Bahkan, pada Ramadan kemarin, anak-anak sekitar memanfaatkan musala sebagai sarana belajar dan bermain mulai mengajukan permintaan kepada Wiwin.
Mereka meminta dibukanya pengajaran Al Quran. Tanpa pikir panjang, Wiwin memenuhinya. Dia mendatangkan empat orang guru ngaji.
BACA JUGA:Punya Makna Tersendiri Soal Nomor Urut yang Diperoleh
BACA JUGA:Jangan Lewatkan Final Party SMA Bina Kasih Hadapi Xaverius 1
“Pendidikan untuk anak-anak di musala Al-Arva ini diberikan secara gratis,” kata dia.
Dia berharap, hal itu membuat mereka bersemangat mengaji. Apalagi Wiwin tidak ingin memberatkan orangtua yang anaknya mengaji di musala itu.
"Mereka bersemangat mengaji saja sudah menjadi kabar gembira, yang penting anak-anak mau mengaji, belajar agama dari musala ini," terang Wiwin.
Hadir di tengah lokalisasi, keberadaan Musala Al Arva dan tempat pendidikan Alquran tidak semulus yang dikira.
Wiwin mengatakan, polemik pasti ada. Pro dan kontra hal yang biasa mengingat mereka tinggal di lingkungan sedikit berbeda.
BACA JUGA:Dapat Nomor Urut 2 , 7.000 Tim Siap Menangkan Agus-Nazar di Pilkada Tebo
BACA JUGA:Al Haris Sebut Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Penopang Ekonomi Provinsi Jambi
"Ada beberapa anak dari wanita tuna susila di sini, ada dari penduduk biasa, dan yang tinggal di luar lokalisasi," kata Wiwin.
Aktivitas mengaji di Musala Al-Arva ini membuat anak-anak disekitar kini memiliki kegiatan positif.
Selain mengaji, mereka juga mendapatkan materi-materi keagamaan lainnya sehingga memperkaya pengetahuan agama anak-anak.
Sementara, Guru di musala Al- Arva, Khozin Nawawi mengatakan, awalnya dia mengetahui keberadaan musala ini dari temannya yang duluan mengajar di sini. Kemudian dia diajak untuk bergabung.
"Waktu itu baru dibangun, ustadzah cerita ngajak kolaborasi membantu mengajar," katanya.
Mengajar ilmu agama, kata Khozin, tidak memandang seperti apa lingkungannya. Merubah pandangan masyarakat terhadap lokasi ini melalui pendidikan agama bagi anak-anak yang hidup di dalamnya bisa menjadi cara agar tempat ini tidak dipandang sebelah mata.
"Bukan berarti yang buruk itu selamanya buruk, tidak semua pandangan manusia itu benar. Kita tidak lihat dari satu sisi saja, pasti ada nilai kebaikannya," terangnya.
Dia mengaku tidak ada perbedaan mengajar mengaji anak-anak di lokasi eks prostitusi dengan anak di luar lingkungan ini.
Namun, karena lingkungan dapat mempengaruhi maka butuh dorongan lebih kuat kepada anak-anak untuk berkelanjutan belajar agama.
"Kurang lebih anak-anak sama. Tapi bedanya tempat pengajian di luar salah satunya membedakan dorongan dari orangtua, bimbingan dari orangtua. Disini butuh yang lebih kuat," katanya.
Dari Wiwin, harapan itu dibangun. Perlahan tapi pasti, memperkuat iman, mendidik akhlak anak-anak dilingkungan eks prostitusi Payo Sigadung akan membuat pandangan masyarakat berubah.
Kini, harapannya dari anak-anak yang tinggal di eks lokalisasi ini yang mampu merubah lingkungan tempat tinggalnya, tak ada prostitusi namun tercipta anak-anak berprestasi. (*/zen)