Pemengaruh muda yang dikenal dengan nama Ken Campur itu mendapatkan gambaran yang lebih hidup lewat film tersebut.
BACA JUGA:Wanurejo Dicanangkan Sebagai Desa Wisata Terbaik
BACA JUGA:Penempatan Dokter Sebaiknya Dikendalikan Pusat, IDI: Lebih Tersentralisasi
“Keduanya seru. Filmnya agak lebih kesal dengan Ben (karakter di film Filosofi Kopi). Di bukunya dia lebih mild (lembut) tapi saya pernah membaca bukunya jadi ada image-nya oh jadi ini kebun kopi,” ujar pria yang lancar berbahasa Indonesia itu.
Dia juga bercerita tentang pengalamannya ke Sumatra Barat, mencicipi kopi kedawung yang menyimpan sejarah di masa penjajahan Belanda.
Pada saat itu, lanjut dia, penduduk lokal tidak bisa meminum kopi karena seluruh biji kopi diekspor ke luar negeri.
“Kopi itu budaya Indonesia sangat penting jadi bukan hanya rasanya enak tapi film ini memberikan kesempatan untuk belajar tentang budaya lebih dalam. Kita bisa belajar budaya tentang Indonesia. Ada juga lagu ‘Kopi Dangdut’,”katanya.
Menurut Ken, sastra Indonesia itu sangat menarik dan Indonesia negara dengan beragam budaya l, mulai dari Jawa, Sunda, Bali, Minang, Aceh, Batak dan sebagainya.
“Jadi, menurut saya film Indonesia itu tidak pernah membosankan, juga makanannya budayanya beda tradisinya beda. mungkin orang Jepang bisa menikmati juga,” katanya.(*)