Nyoman juga menyoroti pentingnya penggunaan produk lokal dalam proyek ini, sesuai dengan peraturan tentang Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Baja yang digunakan, misalnya, dibeli dari Krakatau Steel, dan proses pembuatannya dilakukan di pabrik-pabrik baja besar di dalam negeri.
BACA JUGA:Menikmati Keindahan Tujuh Tingkatan Air Terjun di Telago Jando, Bungo
BACA JUGA:Haris-Sani Perkuat Tim Pemenangan di Bungo, Lantik 1.500 Tim
"Nah arsitek kita ini diajar begitu nggak? Ini anak-anak muda yang ngomong yang kritik-kritik ini ngerti kaya begitu. Jadi, tidak bisa dikerjakan oleh sendiri, itu ada ahli infrastrukturnya," ujarnya pula.
Menurutnya pula, desain istana ini berbeda dari proyek bangunan biasa seperti ruko atau hotel. Prosesnya melibatkan teknologi canggih seperti las laser untuk memastikan bahwa logam tetap stabil dan tidak bergelombang.
Nyoman kemudian menyoroti bagaimana hasil desainnya yang telah diapresiasi dan akan digunakan dalam berbagai acara kenegaraan.
Ia mencatat bahwa Istana Garuda dan Taman Kusuma Bangsa, yang juga merupakan karyanya, akan menjadi tempat upacara resmi pemerintah, menunjukkan bahwa desainnya diakui dan dihargai.
BACA JUGA:Kerusuhan Meluas di Inggris, 779 Orang Ditangkap dan Ratusan Didakwa
Selain itu, Nyoman menegaskan bahwa membangun Istana Presiden bukanlah tugas yang mudah, karena melibatkan banyak persyaratan keamanan yang ketat. Misalnya, penggunaan kaca tahan peluru dan beton dengan ketebalan tertentu, yang semuanya harus dipenuhi.
Nyoman berharap bahwa para arsitek muda memahami kompleksitas dalam membangun bangunan ikon seperti Istana Garuda.
"Ini bukan sebatas bikin hotel, bikin rumah, bikin apartemen, nggak begitu. Apalagi bakal ditempati orang nomor satu di Indonesia dan tamunya juga orang nomor satu (kepala negara) di dunia," kata Nyoman Nuarta pula. (ANTARA)