JAMBI, JAMBIKORAN.COM - Memasuki musim kemarau sejak Juni 2025, Perumda Tirta Mayang Kota Jambi menghadapi tantangan serius dalam mendistribusikan air bersih ke pelanggan.
Penurunan debit Sungai Batanghari, yang menjadi sumber air baku utama, menyebabkan gangguan operasional di tiga intake utama perusahaan air minum daerah tersebut.
Berdasarkan hasil pemantauan teknis Tirta Mayang sejak 29 Juni hingga 8 Juli 2025, debit air Sungai Batanghari turun signifikan, mempengaruhi kinerja Intake Tanjung Johor, Intake Sejinjang, dan Intake Broni 2.
* Intake Tanjung Johor mengalami penurunan debit hingga 100%, memaksa penghentian operasional selama 8 jam per hari.
Akibatnya, sekitar 1.200 sambungan rumah (SR) tidak menerima distribusi air bersih.
* Intake Sejinjang terdampak penurunan debit sebesar 50%, yang memengaruhi pasokan ke 6.500 sambungan pelanggan.
Sementara itu, Intake Broni 2 mencatat penurunan debit sekitar 15%, berdampak pada sekitar 5.100 pelanggan.
Situasi ini berdampak pada layanan air bersih di berbagai wilayah di Kota Jambi, terutama di area yang bergantung pada ketiga intake tersebut.
Untuk menanggulangi gangguan ini, Tirta Mayang melakukan berbagai upaya penanganan darurat, termasuk:
* Pemindahan titik sadap pompa ke area dengan kedalaman air lebih baik di Intake Tanjung Johor.
* Pengerukan endapan lumpur di Intake Sejinjang menggunakan alat berat.
* Pemasangan pompa tambahan di titik terdalam Intake Broni 2 untuk menjaga kontinuitas suplai air.
Langkah-langkah ini mulai menunjukkan hasil positif, terutama di intake yang sudah ditangani langsung di lapangan.
Direktur Utama Tirta Mayang, Dwike Riantara turut meninjau kondisi lapangan di Intake Tanjung Johor dan Intake Sejinjang pada Selasa (8/7/2025).
Dalam kunjungannya, ia memberikan arahan teknis dan memastikan seluruh proses mitigasi berjalan cepat dan tepat sasaran.