Ono menyampaikan, kepastian akan dimasukkannya kem¬bali bantuan untuk pondok pesantren ini disampaikan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dan Kepala Bappeda Jawa Barat, besarannya sekitar Rp135 miliar untuk yayasan pesantren dan Rp9 miliar untuk masjid, namun ini tidak terjadi.
Selain soal dana hibah pesantren, Fraksi PDIP melakukan sikap politik yang cukup keras karena menilai kebijakan pengendalian alih fungsi lahan dan penataan UMKM yang dilakukan Pemprov Jabar tidak diimbangi dengan rencana relokasi yang jelas, serta cenderung tebang pilih.
"Bangunan mewah milik pengusaha yang melanggar peruntukan justru dibiarkan, sementara PKL digusur tanpa solusi konkret," ucap Ono.
Selain itu, kata Ono, Fraksi PDIP menilai Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi belum menjalankan prinsip kolaboratif berbasis pentahelix, yang melibatkan unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, dunia usaha, dan media.
Meski demikian, Fraksi PDIP tetap menghargai keputusan fraksi lain yang menyetujui Raperda Perubahan APBD 2025 dengan harapan ke depannya proses penganggaran bisa berjalan lebih baik.
"Kami berharap penyusunan RAPBD 2026 nanti, dilakukan secara teknokratis, partisipatif, dan politis, dengan waktu pembahasan yang cukup dan melibatkan semua pemangku kepentingan," tutur Ono.(*)