Setengah Dibuka

Senin 29 Sep 2025 - 21:03 WIB
Reporter : Disway
Editor : Jennifer Agustia

"Sulitnya, banyak yang tidak tahu siapa nama belakang mereka," ujar Pak Duta Besar.

Mereka memang tidak memegang paspor. Dipegang calo. Kedutaan harus membuatkan dokumen perjalanan ''laksana paspor''. Tanpa tahu nama belakang sulit membuatkan dokumen. Data di laksana paspor harus sama dengan data di paspor. Kalau tidak mereka tidak akan bisa lolos di imigrasi saat keluar dari Syria.

Jangankan nama. Di mana kampung asal mereka pun banyak yang lupa. Saking lamanya di Syria. Atau pura-pura lupa. Begitulah doktrin yang disampaikan para calo kepada mereka.

Anehnya calo seperti itu tidak pernah bisa diberantas. Kedutaan sudah sering kirim permintaan agar praktik seperti ini dihapus mulai dari hulunya. Tapi ada saja yang datang lewat pintu belakang.

Sampai sekarang pun masih banyak yang belum berhasil dibuatkan dokumen baru.

Pak duta besar orang Solo. Ia lulusan madrasah Al Islam yang terkenal itu. Ayahnya hakim di pengadilan agama –terakhir menjabat ketua pengadilan tinggi agama di Semarang –lalu Yogyakarta.

Untuk memenuhi permintaan orang tua, Wajid kuliah di UIN Sunan Kalijaga. Di tahun kedua ia merangkap kuliah di Universitas Gadjah Mada. Doktornya diraih di Universitas Indonesia.

Tidak ada anaknya yang ikut ke Suriah. Ia berdua dengan istri –alumnnus SMAN 8 Jakarta – yang lulusan Universitas Indonesia.

Di hari ketiga di Suriah saya diundang makan siang di Wisma Indonesia. Kebetulan letaknya di tengah perjalanan darat menuju perbatasan Lebanon.

 

Inilah Wisma Indonesia terbesar, terindah, dan teraman –sebatas pengetahuan saya. Luasnya hampir setengah hektare. Pohon-pohon tinggi menjulang rapat di sekeliling pagarnya. Berbagai pohon buah berada di tamannya –buah lokal maupun buah asal Indonesia.

Di dalam Wisma ini serasa seperti tidak di Syria. Rindang. Tenang. Damai. Ada kolam renang terawat di halaman depan. Airnya biru jernih menggoda. Ada lapangan tenis. Ada halaman belakang. Tapi olahraga penghuninya: bulu tangkis.

Siang itu kami mendapat sajian lodeh, bakwan, semacam kare, empal, kerupuk, dan sambal. Ini berkah luar biasa –setelah tiga hari kambing, kambing, dan kambing.

Wisma ini berada di luar kota. Tapi hanya 15 menit bermobil dari gedung kedutaan. Juga hanya 20 menit dari perbatasan Syria-Lebanon. Strategis. Kalau ada keadaan darurat mudah menuju Lebanon.

Wajid duta besar ketiga atau keempat yang menempati wisma istimewa ini. Lokasinya di lingkungan real estate kelas atas. Semua rumah di kawasan ini seperti itu. Tiap kaplingnya setengah hektare. Pagarnya pohon tinggi padat menjulang.

"Untung rumah ini aman," ujar Ny Wajid. Maksudnyi: aman di hari revolusi sosial tanggal 7 dan 8 Desember itu. "Padahal tentara yang menjaga di depan wisma sudah kabur. Sudah membuang senjata mereka," ujarnya.

Kategori :

Terkait

Rabu 01 Oct 2025 - 19:44 WIB

Sahabat Baru

Senin 29 Sep 2025 - 21:03 WIB

Setengah Dibuka

Minggu 28 Sep 2025 - 19:52 WIB

Tegangan Tinggi

Sabtu 27 Sep 2025 - 18:47 WIB

Orang Penting

Kamis 25 Sep 2025 - 19:53 WIB

Mendadak Syria