JAMBIKORAN.COM - Di tengah budaya kerja yang serbacepat, banyak orang merasa bersalah ketika memilih untuk beristirahat.
Baru berbaring sepuluh menit, pikiran sudah terganggu oleh dorongan untuk kembali membuka laptop atau melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
Seolah-olah produktivitas hanya dapat diukur dari seberapa sibuk seseorang setiap harinya. Padahal, beristirahat bukanlah tanda kemalasan, melainkan bagian penting dari menjaga produktivitas agar tetap seimbang dan berkelanjutan.
Dari pemahaman tersebut, muncullah konsep productive rest, yaitu istirahat yang dilakukan dengan tujuan memulihkan energi tanpa kehilangan arah produktivitas.
Forbes Health menuliskan bahwa productive rest menekankan pentingnya jeda yang dilakukan secara sadar agar tubuh dan pikiran dapat berfungsi optimal.
Berbeda dengan kebiasaan malas-malasan atau doomscrolling yang justru menambah kelelahan mental, jenis istirahat tersebut memberi efek pemulihan yang nyata.
Contohnya dapat berupa tidur singkat selama 15–20 menit, berjalan santai di sore hari, atau journaling sebentar untuk menenangkan pikiran sebelum kembali beraktivitas.
Menariknya, istirahat yang tepat justru dapat meningkatkan produktivitas. Menurut penelitian Harvard Business Review, otak membutuhkan jeda untuk memproses informasi, memperkuat memori, dan merangsang kreativitas.
Dengan memberi waktu istirahat, fokus menjadi lebih tajam, suasana hati lebih stabil, dan ide-ide baru dapat mengalir lebih lancar.
Budaya kerja modern pun mulai menekankan pentingnya jeda, seperti praktik microbreaks atau walking meetings, karena terbukti membantu karyawan tetap segar dan efisien sepanjang hari.
Agar productive rest dapat diterapkan secara nyata dalam keseharian, beberapa langkah praktis berikut bisa dicoba:
1. Jadwalkan waktu istirahat seperti pekerjaan
Sama seperti tugas penting, istirahat juga perlu dijadwalkan. Teknik Pomodoro, misalnya, mengatur 25 menit fokus bekerja diikuti 5 menit istirahat, membantu otak tetap segar tanpa merasa bersalah.
2. Pisahkan waktu istirahat dan hiburan digital
Hindari terus-menerus men-scroll media sosial atau menonton layar. Memberi jarak dari perangkat elektronik memungkinkan otak benar-benar beristirahat dan memulihkan energi mental.