Kuliah Umum SESA Bahas Proses Kreatif Film dan Kewirausahaan Berbasis Budaya

Sesi foto bersama saat kuliah umum dengan tema “Proses Kreatif Film sebagai Modal Daya Kewirausahaan Berbasis Budaya”, yang berlangsung di Aula Jurusan SESA FKIP UNJA.-JAMBIKORAN.COM/HO-UNJA-

MENDALO, JAMBIKORAN.COM – Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi (SESA) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi (UNJA) mengadakan kuliah umum dengan tema “Proses Kreatif Film sebagai Modal Daya Kewirausahaan Berbasis Budaya”, yang berlangsung di Aula Jurusan SESA FKIP UNJA, Senin 18 November 2024. Acara ini juga dilanjutkan dengan pemutaran film “Mahendraparvata” dan diskusi mengenai proses kreatif pembuatan film tersebut.

Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Jurusan SESA, Dr. Dra. Irma Suryani, M.Pd., serta narasumber utama, Seno Joko Suyono, Pendiri Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) dan Jurnalis Majalah Tempo. Selain itu, acara ini diikuti oleh mahasiswa jurusan SESA, yang antusias mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

Dalam sambutannya, Dr. Irma Suryani menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa, terutama bagi mereka yang tertarik di bidang film. “Ini adalah kesempatan besar bagi mahasiswa untuk belajar tentang film, yang bisa menjadi bekal terutama bagi mereka yang berbakat. Semoga dapat mengembangkan potensi mereka dalam dunia film,” ujarnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian cinderamata kepada Seno Joko Suyono sebagai bentuk apresiasi atas kontribusinya dalam dunia seni dan budaya. Seno Joko Suyono mengungkapkan ketertarikannya untuk berbagi pengalaman di UNJA, mengingat keberadaan program studi sejarah, seni, dan arkeologi yang menurutnya cukup unik dan memiliki potensi besar.

BACA JUGA:Bukan Sekadar Gaya, Ini Manfaat Memakai Sunglasses di Siang Hari

BACA JUGA:Oknum Dokter di RSUD Muarojambi Diduga Tidak Disiplin, BKD Bakal Gali Informasi

“Saya tertarik ke sini karena di UNJA ada gabungan program studi sejarah, seni, dan arkeologi, yang menurut saya sangat jarang ditemukan di universitas lain. Arkeologi dan seni pertunjukan, seperti tari, memiliki hubungan yang erat sekali. Saya melihat potensi besar di sini,” kata Seno.

Dalam kesempatan tersebut, Seno juga memperkenalkan film “Mahendraparvata”, sebuah dance film yang menggabungkan unsur tari dan arkeologi. Film ini menceritakan kisah tentang perpisahan, pencarian, dan pertemuan kembali, dengan latar belakang lokasi di Kamboja dan Borobudur.

Menurutnya, film ini bertujuan untuk menggali hubungan antara budaya, seni, dan sejarah, serta menunjukkan bagaimana unsur-unsur budaya lokal dapat dijadikan modal kewirausahaan.

Setelah pemutaran film, Seno melanjutkan sesi diskusi yang berlangsung santai. Dalam diskusi tersebut, ia membahas pentingnya pemahaman hubungan antara seni pertunjukan dan arkeologi dalam menciptakan karya yang bernilai.

BACA JUGA:Rincian Gaji dan Tugas Anggota KPPS Pilkada 2024, Ingin Tahu?

BACA JUGA:Pj Bupati Tebo Dampingi Ketua Dekranasda Launching Tiga Motif Batik Tebo

“Sudah banyak buku-buku yang membahas tentang hubungan antara teater dan arkeologi, atau tari dan arkeologi. Ini menunjukkan betapa pentingnya memahami kedekatan antara seni dan sejarah,” jelasnya.

Acara ditutup dengan sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan motivasi bagi mahasiswa SESA untuk mengembangkan potensi mereka, tidak hanya dalam bidang seni dan film, tetapi juga dalam menciptakan karya-karya yang berlandaskan budaya dan sejarah. Semoga hal ini dapat menjadi modal kewirausahaan berbasis budaya di masa depan. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan