Meski Harga Pinang Melonjak, Petani Tanjab Timur Sampaikan Keluhan

HARGA NAIK: Petani Tanjab Timur menjemur pinang. Meski ada kenaikan harga, namun musim hujan menjadi kendala yang dihadapi para petani. -Harpandi/Jambi Independent-

MUARASABAK - Para petani buah pinang di Kabupaten Tanjab Timur saat ini mulai mendapatkan angin segar setelah adanya kenaikan harga jual buah tersebut sejak beberapa pekan belakangan ini.


Meski demikian, ada kendala lain yang masih menjadi keluhan tersendiri bagi para petani buah pinang. Di tengah kenaikan harga buah pinang ini, musim penghujan terjadi di Kabupaten Tanjab Timur.

BACA JUGA: TPAKD Diharapkan dapat Identifikasi Pengembangan Ekonomi Mikro dan UMKM

BACA JUGA:Pernikahan Dini Meningkat Drastis di Kabupaten Batanghari


Mistem, salah seorang petani pinang di Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjab Timur mengatakan, awalnya harga jual buah pinang dikisaran harga Rp 7 ribu perkilogram, dan dalam beberapa pekan belakangan ini harganya naik menjadi Rp 10 ribu perkilogram.


"Malahan, baru-baru ini harga buah pinang sampai Rp 12 ribu pak perkilogramnya. Kalau tiga tahun belakangan ini, harga pinang cuman dikisaran harga Rp 5 ribu dan kalaupun naik cuman sampai harga Rp 7 ribu perkilogramnya," ucapnya.


Dirinya juga menyampaikan keluhan terkait kondisi cuaca yang saat ini terjadi di Kabupaten Tanjab Timur. "Sekarang ini kan masuk musim hujan pak, jadi kalau mau jemur buah pinang biar sampai kering jadi terkendala," ujarnya.
Lain dari pada itu, naiknya harga jual buah pinang ini ternyata menjadi kabar pilu bagi sejumlah petani yang ada di Kabupaten Tanjab Timur.


Pasalnya, sejak harga pinang terjun bebas sejak 3 tahun lalu, banyak dari para petani melakukan pemusnahan ribuan batang pinang. Baik itu pinang yang siap panen maupun pinang yang baru di tanam.
Pemusnahan ribuan batang pinang ini bukan tanpa alasan dilakukan oleh sejumlah petani tersebut. Selain harga murah, pembabatan ribuan batang pinang ini merupakan bentuk kekecewaan petani terhadap harga pinang yang tak kunjung membaik.


Sugeng, salah seorang petani pinang di Kabupaten Tanjab Timur ini menuturkan, sejak puluhan tahun dirinya telah menggantungkan kebutuhan rumah tangganya dari hasil perkebunan pinang.


Akan tetapi, mulai beberapa tahun belakangan ini dirinya mulai berubah pikiran untuk beralih ke perkebunan lain. Dengan alasan jika tetap bertahan dengan hasil pinang, akan semakin sulit untuk menghidupi keluarga.
"Kalau harganya di bawah Rp.5.000 mau makan apa anak istri kami mas," tuturnya.


Bukan hanya dirinya, puluhan petani lain juga melakukan hal sama. Para petani ini beralih perkebunan dari pinang ke sawit. Cara ini pun dilakukan petani dengan membabat semua pohon pinang di atas lahan perkebunan milik mereka.
"Tidak ada yang tersisa, semua bersih di tebang. Dan di tanami sawit, karena kami menganggap hasil dari sawit lebih menjanjikan," ungkap Alim, salah seorang toke pinang di Kecamatan Muarasabak Timur.


Penantian cukup lama akan kenaikan harga pinang pun kini sudah terlihat. Para pengepul buah pinang kini mulai berkeliaran kerumah-rumah warga menanyakan pinang untuk di beli dengan harga Rp 12 ribu perkilogramnya.
"Bisa jadi harga ini akan terus naik,tapi cari pinang tu sekarang susah pulak," sebutnya.


Dirinya menyampaikan, untuk memenuhi permintaan buah pinang, dirinya harus berkeliling dan berani bersaing dengan para pengepul lainnya. Sebab, petani pinang akan beralih jika harga masih di bawah harga pengepul lain.
"Kalau dulu saat kebun pinang masyarakat masih banyak, kita para pengepul tidak kesulitan. Satu minggu datang ke satu tempat misalnya, kita bisa kekurangan modal, kalau kini pinangnya yang tidak ada," jelasnya.

BACA JUGA:Tips Aman Berkendara di Persimpangan Jalan Hindari Kecelakaan dengan Langkah Sederhana

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan