485 Hektar Sawah Terdampak Kemarau, Kekeringan Hingga Gagal Panen

KEKERINGAN: Lahan pertanian di Jambi, yang sudah kekurangan pengairan. Tanaman padi ini terancam gagal panen.-IST/Jambi Independent-Jambi Independent j
JAMBI - Provinsi Jambi dilanda kemarau yang diperkirakan berlangsung hingga bulan Oktober 2025 mendatang. Hal ini mengakibatkan sejumlah lahan pertanian mengalami kekeringan hingga menyebabkan gagal panen atau puso.
Ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah Provinsi Jambi, mengingat pertanian merupakan salah satu sektor utama penggerak ekonomi masyarakat di Jambi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Jambi Independent, tercatat dalam surat resmi bernomor S.92/UPTD BPTPH-11/VII/2025 mengenai laporan perkembangan kekeringan dan kebanjiran yang melanda sejumlah wilayah di Jambi, menggambarkan kondisi ratusan lahan sawah yang terdampak musim kemarau ini.
Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa upaya penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) terus ditingkatkan. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan lahan pertanian yang terancam atau sudah terdampak oleh perubahan iklim, seperti banjir, kekeringan, dan bencana alam lainnya.
BACA JUGA:Raup Untung Capai Rp20 M
BACA JUGA:Sidang TPPU Tekhui Kembali Ditunda
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH), Jaja Kardia, melalui Kepala Seksi (Kasi) BPTPH, Indra Nur mengatakan, lahan sawah yang mengalami kekeringan itu berada di tiga kabupaten/kota, yakni Kabupaten Kerinci, Kota Sungaipenuh dan Sarolangun. Lahan sawah di tiga daerah ini, banyak yang mengalami kekeringan, mulai dari kekeringan ringan hingga gagal panen (puso).
Sementara, sawah yang mengalami kekeringan tersebut terdiri dari beberapa kriteria, sebanyak 220 hektar kekeringan ringan, 132 hektar kekeringan sedang, dan 81 hektar kekeringan berat, serta 52 hektar gagal panen (puso).
Indra Nur menyampaikan pendapat pribadinya. Menurutnya, kekeringan yang terjadi di lahan sawah tersebut, disebabkan karena kekurangan asupan air yang mengairi lahan itu.
Ia menyebutkan, kekeringan tersebut merupakan peristiwa rutin yang terjadi di setiap tahunnya. Dalam hal itu, ia membeberkan solusi bagi petani yang mengalami lahan kekeringan.
“Ini kan pendapat pribadi saya ya. Dalam hal ini, kalau memang kekeringan, tentu kan kita membutuhkan air, mengangkat air, dan mengisi air,” katanya singkat.
Ia menambah, untuk mengairi lahan sawah yang kekeringan itu, dibutuhkan peralatan untuk mengangkat air tersebut.
“Seperti mesin pompa. Jadi dicek dulu di kelompok tani itu, ada nggak mesin pompa airnya yang dibantu pemerintah selama ini,” singkatnya.