Relevansi Radio di Telinga Anak Muda
-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent
Hari Radio Republik Indonesia (RRI) diperingati setiap 11 September. Momentum itu bukan sekadar perayaan, tapi juga pengingat bahwa Radio harus tetap eksis dan relevan di telinga anak muda.
Di era Spotify dan YouTube Music seperti saat ini, apakah radio masih punya tempat di hati generasi muda? Apakah Gen Z mendengarkan radio? Apakah radio bisa bersaing di tengah digitalisasi?
Sejarah Singkat Radio di Indonesia
RRI punya sejarah yang panjang. Stasiun radio pemerintah itu resmi berdiri pada 11 September 1945. Tak sampai sebulan setelah proklamasi kemerdekaan.
BACA JUGA:Prabowo Berikan Syarat kepada Israel
BACA JUGA:Pemprov Jambi Wacanakan Rehab Total GOR pada 2026
Saat itu, radio menjadi media utama untuk menyebarkan informasi dan semangat perjuangan. Namun, radio juga berfungsi sebagai sarana hiburan rakyat. Radio mampu menyatukan seluruh masyarakat Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, dunia digital perlahan menggeser posisi radio. Gen Z lahir dan besar di era internet, media sosial, dan layanan streaming. Radio dianggap jadul, apalagi dalam sudut pandang algoritma digitalisasi.
Apakah Radio Masih Relevan untuk Gen Z?
Meski dianggap kuno, ternyata radio tidak sepenuhnya ditinggalkan. Sebagian Gen Z masih mendengarkan radio, meski tak lagi dengan cara tradisional. Ada beberapa alasan mengapa radio tetap relevan:
1. Radio sebagai Teman Perjalanan
Sebagian anak muda masih ditemani radio saat berkendara. Saat macet atau road trip, mendengarkan radio lebih praktis. Radio juga memberikan kejutan, karena pendengar tidak tahu lagu apa yang akan diputar selanjutnya.
2. Koneksi Lokal
Radio lokal punya keunikan sendiri dalam menyajikan berita daerah. Di antaranya adalah menggunakan bahasa sehari-hari atau bahasa khas obrolan suatu komunitas. Itulah yang membuat Gen Z tertarik pada radio.