Relevansi Radio di Telinga Anak Muda

Reporter: Rizal Zebua |

Editor: Rizal Zebua |

Selasa , 23 Sep 2025 - 21:29

-Ist/Jambi Independent-Jambi Independent

3. Penyiar sebagai Role Model

Banyak penyiar radio yang karismatik dan punya gaya komunikasi yang hangat. Mereka tidak sekadar menyampaikan pesan atau informasi, tetapi juga membangun interaksi dengan pendengar.

Gen Z yang familiar dengan konten kreator akan menganggap penyiar radio adalah influencer generasi lama yang masih relevan.

4. Transformasi ke Dunia Digital

Radio kini tidak hanya hadir melalui gelombang frekuensi, tapi bisa juga dalam bentuk live streaming, podcast, dan aplikasi mobile.

Banyak stasiun radio yang mulai membuka kanal YouTube dan membuat aplikasi mobile untuk memperluas jangkauan audiens. Dengan cara ini, radio tetap bisa menjangkau Gen Z dengan pendekatan yang lebih modern.

Tantangan Radio di Era Digital

Meski masih punya banyak pendengar, radio menghadapi tantangan berat untuk bersaing dengan layanan musik digital. Algoritma Spotify atau Apple Music bisa memberikan pengalaman yang lebih personal yang tidak bisa dilakukan oleh radio.

Selain itu, Gen Z terbiasa dengan konten yang berbau visual, sehingga radio yang berbasis audio harus bisa beradaptasi. Entah itu dengan menayangkan siaran radio secara live di YouTube atau yang lain.

Di sisi lain, kecepatan menyebarnya suatu informasi juga menjadi tantangan. Media sosial seperti X atau Instagram bisa menyebarkan berita lebih cepat daripada siaran radio.

Jika ingin bertahan, radio harus hadir bukan hanya sebagai media penyampai informasi, tapi juga sebagai sahabat dan penyedia pengalaman unik.

Radio sebagai Ruang Nostalgia dan Identitas Budaya

Bagi sebagian Gen Z, mendengarkan radio justru menghadirkan nostalgia. Suara statis, jingle dan jargon yang khas, hingga gaya penyiar yang santai bisa membawa nuansa yang berbeda dari dunia digital yang serba cepat.

Selain itu, radio juga berperan penting dalam melestarikan bahasa daerah, musik lokal, hingga budaya komunitas. Hal ini membuat radio punya nilai lebih, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media identitas budaya.

Merayakan Hari Radio Nasional dengan Perspektif Baru

relevansi radio di telinga anak muda                            hari radio republik indonesia (rri) diperingati setiap 11 september. momentum itu bukan sekadar perayaan, tapi juga pengingat bahwa radio harus tetap eksis dan relevan di telinga anak muda.  
di era spotify dan youtube music seperti saat ini, apakah radio masih punya tempat di hati generasi muda? apakah gen z mendengarkan radio? apakah radio bisa bersaing di tengah digitalisasi? 
sejarah singkat radio di indonesia 
rri punya sejarah yang panjang. stasiun radio pemerintah itu resmi berdiri pada 11 september 1945. tak sampai sebulan setelah proklamasi kemerdekaan.
baca juga:prabowo berikan syarat kepada israel
baca juga:pemprov jambi wacanakan rehab total gor pada 2026 
saat itu, radio menjadi media utama untuk menyebarkan informasi dan semangat perjuangan. namun, radio juga berfungsi sebagai sarana hiburan rakyat. radio mampu menyatukan seluruh masyarakat indonesia.  
seiring berjalannya waktu, dunia digital perlahan menggeser posisi radio. gen z lahir dan besar di era internet, media sosial, dan layanan streaming. radio dianggap jadul, apalagi dalam sudut pandang algoritma digitalisasi. 
apakah radio masih relevan untuk gen z?
meski dianggap kuno, ternyata radio tidak sepenuhnya ditinggalkan. sebagian gen z masih mendengarkan radio, meski tak lagi dengan cara tradisional. ada beberapa alasan mengapa radio tetap relevan: 
1. radio sebagai teman perjalanan 
sebagian anak muda masih ditemani radio saat berkendara. saat macet atau road trip, mendengarkan radio lebih praktis. radio juga memberikan kejutan, karena pendengar tidak tahu lagu apa yang akan diputar selanjutnya.
2. koneksi lokal
radio lokal punya keunikan sendiri dalam menyajikan berita daerah. di antaranya adalah menggunakan bahasa sehari-hari atau bahasa khas obrolan suatu komunitas. itulah yang membuat gen z tertarik pada radio. 
3. penyiar sebagai role model 
banyak penyiar radio yang karismatik dan punya gaya komunikasi yang hangat. mereka tidak sekadar menyampaikan pesan atau informasi, tetapi juga membangun interaksi dengan pendengar. 
gen z yang familiar dengan konten kreator akan menganggap penyiar radio adalah influencer generasi lama yang masih relevan.
4. transformasi ke dunia digital 
radio kini tidak hanya hadir melalui gelombang frekuensi, tapi bisa juga dalam bentuk live streaming, podcast, dan aplikasi mobile. 
banyak stasiun radio yang mulai membuka kanal youtube dan membuat aplikasi mobile untuk memperluas jangkauan audiens. dengan cara ini, radio tetap bisa menjangkau gen z dengan pendekatan yang lebih modern. 
tantangan radio di era digital
meski masih punya banyak pendengar, radio menghadapi tantangan berat untuk bersaing dengan layanan musik digital. algoritma spotify atau apple music bisa memberikan pengalaman yang lebih personal yang tidak bisa dilakukan oleh radio. 
selain itu, gen z terbiasa dengan konten yang berbau visual, sehingga radio yang berbasis audio harus bisa beradaptasi. entah itu dengan menayangkan siaran radio secara live di youtube atau yang lain. 
di sisi lain, kecepatan menyebarnya suatu informasi juga menjadi tantangan. media sosial seperti x atau instagram bisa menyebarkan berita lebih cepat daripada siaran radio.
jika ingin bertahan, radio harus hadir bukan hanya sebagai media penyampai informasi, tapi juga sebagai sahabat dan penyedia pengalaman unik. 
radio sebagai ruang nostalgia dan identitas budaya 
bagi sebagian gen z, mendengarkan radio justru menghadirkan nostalgia. suara statis, jingle dan jargon yang khas, hingga gaya penyiar yang santai bisa membawa nuansa yang berbeda dari dunia digital yang serba cepat.  
selain itu, radio juga berperan penting dalam melestarikan bahasa daerah, musik lokal, hingga budaya komunitas. hal ini membuat radio punya nilai lebih, bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media identitas budaya.
merayakan hari radio nasional dengan perspektif baru 
memperingati hari radio republik indonesia seharusnya bukan hanya soal mengenang sejarah, tetapi juga tentang masa depan penyiaran radio indonesia. 
gen z yang terkenal kreatif, inovatif, dan melek akan dunia digital bisa menjadikan radio sebagai media alternatif yang berbeda dari platform global lain. 
bayangkan jika radio berkolaborasi dengan kreator konten muda berbakat, menghadirkan live podcast interaktif, atau mengadakan sesi musik-musik lokal yang hanya bisa didengar via siaran langsung. 
radio pun bisa menjadi penghubung antara tradisi dan modernitas, nostalgia dan inovasi. 
radio mungkin bukan lagi media utama bagi gen z, tetapi bukan berarti tak lagi relevan. justru, di tengah membludaknya informasi digital, radio hadir sebagai ruang yang lebih hangat dan manusiawi. 
pada peringatan hari radio republik indonesia, mari pahami radio bukan sebagai media informasi jadul semata, tetapi sebagai warisan sejarah yang harus tetap dijaga. (*)

Tag

Share

Koran Terkait

Kembali ke koran edisi Jambi Independent 24 September 2025

Berita Terkini

Berita Terpopuler

Berita Pilihan