Rupiah Menguat, Didukung Harapan Berakhirnya Shutdown Pemerintah AS
Ilustrasi - Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS.--ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
JAMBIKORAN.COM - Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (11/11/2025).
Penguatan ini dipicu oleh sentimen positif atau risk on dari harapan akan segera berakhirnya penutupan sebagian kegiatan pemerintahan AS (government shutdown).
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengatakan bahwa rupiah berpotensi melanjutkan penguatan terhadap dolar AS seiring membaiknya sentimen pasar global.
“Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS didukung sentimen risk on dari harapan berakhirnya shutdown pemerintah AS,” ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
BACA JUGA:Prioritaskan Disabilitas, Pemkot Jambi Minta Dukungan Komisi IX DPR RI Gelar Job Fair Inklusif
BACA JUGA:Kabur ke Riau Usai Curi Motor, Pemuda Asal Batanghari Akhirnya Diciduk Polisi
Pada pembukaan perdagangan, nilai tukar rupiah naik 46 poin atau sekitar 0,28 persen ke posisi Rp16.700 per dolar AS, dari sebelumnya Rp16.654 per dolar AS.
Mengutip laporan Sputnik-OANA, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa penutupan kegiatan pemerintahan akan segera berakhir.
Hal ini diperkuat dengan laporan Axios, yang menyebutkan bahwa Partai Demokrat di Senat AS bersedia menyetujui paket Rancangan Undang-Undang (RUU) Pendanaan untuk mengakhiri shutdown tersebut.
Dalam pemungutan suara di Senat, 60 senator mendukung dan 40 menolak paket RUU yang mencakup pendanaan bagi berbagai lembaga penting, termasuk Departemen Pertanian, FDA, program bantuan pangan SNAP, program veteran, dan proyek konstruksi Pentagon untuk tahun fiskal 2026.
BACA JUGA:Rencana Redenominasi Rupiah Belum akan Dibahas
BACA JUGA:NF Sering Mengunjungi Situs Gelap
RUU tersebut juga akan membatalkan gelombang PHK massal terhadap pegawai federal yang berlaku sejak 1 Oktober dan memperpanjang pendanaan sementara hingga 30 Januari 2026.
Setelah disetujui di Senat, RUU ini masih harus melalui pemungutan suara final sebelum disahkan oleh DPR AS dan dikirim ke Presiden Trump untuk ditandatangani.
Menurut Lukman, kabar positif dari Washington ini meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.
“Dolar AS memang tetap terdukung, tetapi sentimen risk on lebih positif terhadap aset berisiko,” ujarnya.
BACA JUGA:dr. Hermina Basri Dilantik Jadi Direktur RSJD
BACA JUGA:Pemprov Jambi Dukung Pembentukan KPI Asal Tak Langgar Kewenangan Sistem Nasional Ketenagakerjaan
Selain faktor eksternal, investor juga menantikan data penjualan ritel Indonesia yang diperkirakan tumbuh 3,2 persen.
Berdasarkan berbagai faktor tersebut, Lukman memprediksi kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp16.600–Rp16.700 per dolar AS. (*)