JAMBIKORAN.COM - Kemenkes mengungkapkan bahwa jumlah perokok pada anak dan remaja semakin bertambah.
Direktur P2PTM, Kemenkes Eva Susanti menyampaikan data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2019 menunjukkan terjadi peningkatan secara signifikan terhadap prevalensi perokok remaja usia sekolah.
"Prevalensi perokok anak usia sekolah terutama pada usia 13-15 tahun dari 18,3 persen tahun 2016 menjadi 19,2 persen tahun 2019," paparnya pada temu media Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu, 29 Mei 2024.
Selanjutnya,data Riskesdas juga terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk usia 10-18 tahun dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018.
BACA JUGA:Ternyata Rokok Bisa Menjadi Penyebab Kematian Mendadak pada Anak, Begini kata IDAI
BACA JUGA:Bahaya Asap Rokok yang Menempel di Baju
Sedangkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan, penggunaan rokok elektronik meningkat dari 0,06 persen (Riskesdas 2018) menjadi 0,13 persen (SKI 2023).
Data ini sesuai dengan hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2021 yang juga menunjukkan adanya peningkatan signifikan sebesar 10 kali lipat penggunaan rokok elektronik.
"Penggunaan rokok elektronik dari 0,3 persen (2011) menjadi 3,0 persen (2021)," lanjutnya.
"Walaupun prevalensi merokok penduduk umur 10-18 tahun menurun menjadi sebesar 7,4% (SKI, 2023) tetapi masih lebih tinggi dari tahun 2013, dan lebih tinggi dari target RPJMN 2015-2019 sebesar 5,4%," tandasnya.
BACA JUGA:Hati-Hati! Luka Bekas Sundutan Rokok Bisa Jadi Masalah Besar jika Tidak Ditangani Segera
BACA JUGA:Dijamin Bersih Seperti Semula,Ini 5 Cara Membersihkan Paru-paru Bagi Perokok Berat
Lebih lanjut, SKI 2023 juga mencatat rentang usia mulai merokok terbanyak di Indonesia adalah 15-19 tahun, yakni sebesar 56,5 persen.
Sedangkan rentang usia mulai merokok terbanyak kedua di usia 10-14 tahun (18,4 persen).
Data ini menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi rokok lebih signifikan terjadi pada anak dan remaja.