BERLIN - Penjualan senjata dan peralatan militer Jerman meningkat menjadi 11 miliar euro (sekitar Rp186,9 triliun) dalam periode Januari hingga September tahun 2024, menurut laporan yang dirilis pada Rabu (2/10).
Penjualan dalam periode tersebut hampir menyamai total ekspor senjata tahun lalu yang mencapai 12,2 miliar euro (sekitar Rp207,3 triliun), kata Kementerian Ekonomi dan Tindakan Iklim Federal.
Dalam tiga kuartal pertama tahun ini, Pemerintah Jerman menyetujui ekspor senjata tempur senilai 7,2 miliar euro (sekitar Rp122,3 triliun) dan sekitar 3,8 miliar euro (sekitar Rp64,6 triliun) untuk peralatan militer lainnya.
BACA JUGA:Puluhan Nakes RSUD Ahmad Ripin Kembali Demo, Tak Puas Jawaban Direktur Terkait Penerimaan CPNS
BACA JUGA:Dua Pemeran Video Syur Jadi Tersangka
Ukraina, yang sedang berperang dengan Rusia, menjadi penerima terbesar dari penjualan peralatan militer Jerman selama periode Januari hingga September 2024, menurut laporan kementerian tersebut.
Berlin menyetujui penjualan senjata dan peralatan senilai 7,1 miliar euro (sekitar Rp120,7 triliun) ke Kiev, sementara pada periode yang sama tahun 2023, nilai tersebut tercatat sekitar 3,3 miliar euro (sekitar Rp56 triliun).
Izin ekspor pemerintah ke Ukraina mencakup tank Leopard II, sistem pertahanan udara Patriot, tank anti-pesawat Gepard, howitzer PzH, rudal Stinger, granat, helm, dan kendaraan.
Setelah Ukraina, negara penerima terbesar adalah Singapura dengan 1,2 miliar euro (sekitar Rp20,4 triliun), Aljazair dengan 558 juta euro (sekitar Rp9,5 triliun), AS dengan 246 juta euro (sekitar Rp4,1 triliun), dan India dengan 212 juta euro (Rp3,6 triliun).
Dari total penjualan senjata senilai 11 miliar euro (Rp186,9 triliun) yang disetujui oleh pemerintah dalam sembilan bulan pertama tahun ini atau 87 persen dari total keseluruhan, atau 9,5 miliar euro (sekitar Rp161,5 triliun) ditujukan untuk negara-negara Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). (ANTARA)