JAMBI, JAMBIKORAN.COM – Tim pengabdian dari Fakultas Peternakan Universitas Jambi (UNJA) meluncurkan teknologi pakan inovatif berupa fermentasi batang pisang sebagai alternatif hijauan untuk ternak. Kegiatan ini berlangsung di Desa Kota Baru, Kecamatan Geragai, dan dihadiri oleh para akademisi terkemuka, termasuk Prof. Dr. Ir. Adriani, M.Si, Prof. Ir. Darlis, M.S.c., Ph.D, serta Prof. Dr. Ir. M. Afdal, M.S.c., Dr. Ir. Mairizal, M.P., dan Jul Andayani, S.Pt., M.P.
Prof. Dr. Ir. Adriani menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam pengolahan pakan fermentasi dari batang pisang cavendish yang melimpah di desa tersebut. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan peternak tidak perlu lagi mencari rumput setiap hari untuk pakan ternak mereka.
“Kelompok tani Suka Maju menjadi mitra sasaran kegiatan ini, yang memiliki 82 ekor sapi dan 37 ekor kambing. Di sisi lain, banyak limbah batang pisang cavendish yang belum dimanfaatkan, bahkan menjadi pencemar lingkungan di sekitar perkebunan,” ujar Prof. Adriani.
Kegiatan ini merupakan upaya perguruan tinggi dalam mentransfer hasil-hasil penelitian yang telah berhasil dilakukan dan diterapkan di masyarakat. Dengan memanfaatkan limbah batang pisang, diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas pakan ternak tetapi juga mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
BACA JUGA:Mengapa Wanita Sering Enggan Split Bill di Kencan Pertama? Ini Alasannya!
BACA JUGA:Bahaya Konsumsi Kafein Berlebih, Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Prof. Adriani juga mengatakan peternak ruminansia (sapi dan kambing) sering kesulitan mendapatkan hijauan pakan karena lahan yang ada sudah menjadi perkebunan kelapa sawit dan pertanian.
“Para petani belum memanfaatkan limbah batang pisang cavendis untuk ternak ruminansia, padahal banyak tersedia dilokasi kegiatan. Potensi batang pisang cavendis di desa Kota Baru lebih dari 10 ha, kondisi ini menghasilkan batang pisang 555-666 ton permusim atau lebih kurang 8 bulan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan diskusi dan koordinasi dengan mitra dan disepakati usulan kegiatan berupa pelatihan fermentasi batang pisang sebagai pakan ternak ruminansia untuk sapi dan kambing,”ungkap Prof. Adriani.
Prof. Adriani menambahkan bahwa pendekatan yang digunakan pada kegiatan pengabdian ini adalah partycipatory rural approach (PRA) yaitu proses pendidikan dan tranfer ilmu pengetahuan melalui cara penyuluhan, pelatihan, praktek pembuatan batang pisang fermentasi dan pemberian batang fermentasi untuk ternak sapi.
“Kegiatan pengabdian dimulai dari koordinasi dengan kelompok tani untuk menyepakati teknis kegiatan, kegiatan penyuluhan dilakukan pada kelompok tani mengenai potensi limbah untuk pakan ternak, dan proses fermentasi batang pisang cavendis. Setelah kegiatan penyuluhan, dilanjutkan dengan praktek pembuatan batang pisang fermentasi. Komposisi pakan yang dibuat terdiri atas batang pisang cavendis yang sudah dicacah sebanyak 90% ditambah dengan dedak sebanyak 10%. sebagai aktivator untuk proses fermentasi digunakan EM4 1%,”tambah Prof. Adriani.
BACA JUGA:Hakim Perintahkan Jaksa Hadirkan Walikota Sungai Penuh
BACA JUGA:Bahaya Konsumsi Kafein Berlebih, Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung
Prof. Adriani juga menceritakan proses persiapan pakan ini dimulai dengan batang pisang tercacah terlebih dahulu dan dilakukan dengan baik lalu dilakukan pengurangan kadar air dengan cara dipress menggunakan mesin press sampai kadar air sekitar 60%. Semua bahan dimasukan kedalam drum dengan cara dipadatkan.
Setelah padat dilakukan penutupan dengan rapat untuk menjaga proses fermentasi secara anaerop. Semua bahan diaduk rata, kemudian dilakukan proses fermentasi salama 15-21 hari. Setelah itui pakan batang pisang fermentasi sudah bisa diberikan kepada sapi atau kambing yang sebelumnya diangin-anginkan terlebih dahulu.
“Keuntungan dari pakan fermentasi adalah mengandung bakteri menguraikan dalam pakan, sehingga ternak dapat mencerna makanan dengan lebih mudah dan efektif., membantu meningkatkan nilai nutrisi dalam pakan dan bisa disimpan dalam waktu lama yang bisa digunakan sebagai cadangan penganti hijauan,”kata Prof. Adriani.
Kegiatan pengabdian masyarakat di kelompok tani Suka Maju berlangsung sukses, dengan partisipasi aktif dari peserta dalam penyuluhan, praktik, dan pemberian pakan fermentasi kepada ternak mereka. (*)
BACA JUGA:Pelepasan Kafilah Kota Jambi untuk Festival Anak Sholeh Indonesia (FASI) XII Tahun 2024
BACA JUGA:74% Guru di Indonesia Digaji di Bawah UMK: Tantangan Serius bagi Pemerintah