Prediksi Keamanan Siber 2025: Dari Deepfake hingga Keamanan Kuantum

Rabu 15 Jan 2025 - 10:00 WIB
Reporter : Finarman WP
Editor : Finarman WP

JAKARTA  – Steven Scheurmann, Regional Vice President Palo Alto Networks ASEAN, mengungkapkan lima prediksi terkait perkembangan keamanan siber pada tahun 2025 untuk kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia. Prediksi ini mencakup berbagai ancaman dan tren, mulai dari penggunaan deepfake hingga potensi ancaman keamanan kuantum.

Dalam sebuah media briefing yang digelar daring, Steven menjelaskan bahwa tujuan dari prediksi ini adalah untuk memberikan wawasan dan membantu masyarakat serta organisasi dalam mempersiapkan diri menghadapi ancaman yang akan datang. "Prediksi ini untuk membantu kita bersiap sedia dan berada dalam posisi proaktif," ujar Steven.

Berikut adalah lima prediksi yang diungkapkan oleh Steven terkait keamanan siber pada tahun 2025:

1. Platform Keamanan Terpadu.

BACA JUGA:Banjir Rob Hantam Pemukiman Warga Pesisir Tamnjab Timur

BACA JUGA:Pendaftaran Calon Ketua KONI Kota Jambi 2025-2029 Dimulai, Cek Ini Syarat dan Prosedurnya

Steven memprediksi bahwa infrastruktur keamanan siber akan semakin berfokus pada platform keamanan terpadu. Saat ini, banyak organisasi menggunakan puluhan alat keamanan yang berbeda. Di kawasan ASEAN, rata-rata terdapat 30 hingga 40 produk yang digunakan untuk mengamankan sistem.

Namun, tren ini mulai beralih ke konsolidasi, dengan tujuan utama memberikan wawasan yang lebih baik, prediksi yang lebih akurat, dan respons yang lebih cepat terhadap ancaman. Platform terpadu ini juga diharapkan dapat mengatasi masalah lambatnya waktu respons terhadap insiden keamanan, menjadikan organisasi lebih proaktif dalam mencegah serangan.

2. Peningkatan Penggunaan

Deepfake Prediksi kedua adalah semakin umum digunakannya teknologi deepfake, terutama dalam penipuan berbasis suara dan video. Deepfake adalah konten yang dimanipulasi menggunakan kecerdasan buatan (AI), termasuk foto, video, dan audio.

BACA JUGA:Al Haris Pastikan Tidak ada Tim Pemenangan Lagi di Jambi

BACA JUGA:Presiden Tegur Raffi Ahmad

Steven menjelaskan bahwa kemajuan dalam teknologi AI generatif memudahkan pembuatan deepfake yang sangat realistis, memungkinkan peretas untuk mengelabui organisasi atau individu melalui email atau pesan suara palsu. "Deepfake akan menjadi lebih umum, terutama untuk penipuan suara," tambahnya.

3. Keamanan Kuantum

Keamanan kuantum menjadi topik ketiga yang diungkapkan Steven. Meskipun saat ini belum ada serangan besar yang menggunakan teknologi kuantum, potensi ancaman dari teknologi ini sangat besar.

Teknologi kuantum memungkinkan peretas untuk mengumpulkan data sekarang dan mendeskripsinya di masa depan. "Peretas bisa sangat sabar, mereka mungkin menyerang hari ini, mungkin besok, atau bahkan 10 tahun lagi. Keamanan kuantum akan digunakan untuk mengumpulkan data sekarang dan memanen serta mendeskripsinya nanti," jelas Steven.

BACA JUGA:“Back to Home” Gaungkan Semangat Anak Muda, Jadikan Museum Sebagai Ruang Publik

BACA JUGA:Anwar Usman Kembali Bersidang

4. Transparansi

Kategori :