Menghadapi Cancel Culture dengan Bijak
Cancel culture pada era digital memerlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan keadilan. Untuk itu, masyarakat perlu:
1. Menyaring informasi dengan cermat: Tidak semua berita yang viral benar adanya. Verifikasi dan pemahaman konteks sangat diperlukan sebelum mengambil sikap.
2. Memberikan ruang untuk klarifikasi: Sebelum menghakimi seseorang, penting untuk mendengarkan perspektif dan penjelasan mereka.
3. Mendorong diskusi sehat: Daripada sekadar menghukum, lebih baik membangun diskusi yang mendidik agar menghasilkan perubahan yang lebih konstruktif.
Cancel culture bukan sekadar tren sementara. Melainkan refleksi dari perubahan pola komunikasi di era digital.
Masyarakat saat ini memiliki kekuatan lebih besar untuk menuntut akuntabilitas dari individu atau institusi yang memiliki pengaruh.
Namun, di sisi lain, tanpa mekanisme yang jelas dan etika yang kuat, cancel culture dapat berubah menjadi alat penghukuman yang tidak terkendali. Itu merugikan banyak pihak.
Dengan semakin berkembangnya teknologi dan pola komunikasi, penting bagi kita untuk memahami bagaimana cancel culture bekerja. Serta bagaimana kita dapat menggunakan media sosial dengan bijaksana.
Membangun ruang diskusi yang lebih inklusif dan memberikan kesempatan bagi individu untuk belajar dari kesalahan adalah langkah penting dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan adil bagi semua. (*)
Kategori :