JAKARTA – Panji Tengkorak hadir sebagai film animasi dua dimensi yang berani dan inovatif dalam perfilman Indonesia.
Berbeda dari banyak film lokal yang mengusung label nasionalisme eksplisit, Panji Tengkorak mengusung kisah silat klasik tanpa embel-embel “Merah Putih”, namun tetap memancarkan kekayaan budaya dan cerita pahlawan super lokal yang kuat.
Film ini diadaptasi dari komik legendaris karya Hans Jaladara yang pertama kali terbit pada tahun 1968.
Sutradara Daryl Wilson mencoba menghidupkan kembali legenda tersebut dengan pendekatan animasi 2D yang dipadukan dengan teknik matte painting untuk menghadirkan visual sinematik yang gelap, mistis, dan epik.
BACA JUGA:Grok Imagine: Berpotensi Hasilkan Gambar dan Video Bernuansa Seksual
Pilihan animasi 2D yang ekspresif ini memberi penghormatan pada gaya komik asli sekaligus memungkinkan adegan pertarungan yang brutal dan intens, yang lebih cocok untuk penonton dewasa berusia 21 tahun ke atas.
Cerita dan Karakter yang Kompleks
Panji Tengkorak mengambil latar belakang kerajaan fiktif Madyantara di abad ke-15, di tengah konflik politik dan peperangan yang menyengsarakan rakyatnya.
Panji, tokoh utama yang disuarakan oleh Denny Sumargo, adalah pendekar yang penuh luka dan dihantui masa lalu kelam, termasuk kutukan abadi akibat menjual jiwanya demi balas dendam atas kematian tragis istrinya, Murni (Aisha Nurra Datau).
BACA JUGA:Sidang TPPU Tek Min: Saksi Akui Sering Antar Paket ke Pulau Pandan dan Main Judi di Rajawali
BACA JUGA:Dusan Vlahovic Enggak Laku Dijual!
Kisah ini menyuguhkan karakter Panji sebagai sosok pahlawan dengan sisi gelap dan konflik batin yang mendalam.
Plot film berpusat pada perebutan pusaka sakti Ajisaka yang dipercaya dapat menghapus kekuatan ilmu hitam, termasuk kutukan Panji.
Konflik semakin memanas ketika Kalawereng, mantan panglima kerajaan yang kini memimpin kelompok bandit, merebut pusaka tersebut.
Bersama Bramantya (Donny Damara) dan para pendekar lain, Panji berusaha merebut kembali pusaka yang menentukan nasib kerajaan dan dirinya sendiri.
BACA JUGA:Wawako Diza: Kehadiran TTIS Penting Jaga Keamanan Sistem Elektronik Pemerintah
BACA JUGA:Memahami Diri Lewat 16 Kepribadian
Pendukung Cerita dan Nuansa Unik
Selain Panji, film ini menghadirkan karakter pendukung menarik seperti Gantari (Aghniny Haque) dari Perguruan Dewi Tari yang membawa harapan di tengah dunia gelap Panji.
Kuwuk (Candra Mukti), sosok komedi sekaligus narator, memberikan warna unik dan membantu penonton memahami legenda yang diangkat.
Meski mengusung tema serius dan visual yang kuat, film ini menghadirkan elemen musik yang agak kontroversial.