Masyarakat semakin peka terhadap isu-isu sosial, namun juga cenderung cepat menjatuhkan sanksi moral secara berlebihan.
• Dampak Personal:
Individu yang menjadi sasaran cancel culture dapat mengalami tekanan psikologis, kehilangan pekerjaan, bahkan dibungkam di ranah digital.
• Dampak Ekonomi:
Perusahaan atau merek yang terkait kontroversi berisiko mengalami boikot massal yang berdampak pada penurunan penjualan.
Cara Bijak Menghadapi Cancel Culture
Untuk menanggapi fenomena ini secara konstruktif, perlu keseimbangan antara akuntabilitas dan keadilan. Beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Saring Informasi dengan Teliti
Jangan mudah terprovokasi oleh berita viral tanpa verifikasi dan pemahaman konteks.
2. Berikan Kesempatan Klarifikasi
Sebelum menghakimi, dengarkan penjelasan dari pihak yang bersangkutan.
3. Dorong Diskusi yang Membangun
Alih-alih sekadar menjatuhkan hukuman sosial, lebih baik membangun dialog yang mendidik untuk menciptakan perubahan positif.
Cancel culture menggambarkan perubahan komunikasi masyarakat di era digital, di mana kekuatan publik untuk menuntut akuntabilitas semakin besar. Namun, tanpa aturan dan etika yang jelas, fenomena ini berpotensi berubah menjadi alat hukuman yang tak terkendali dan merugikan banyak pihak.
Seiring perkembangan teknologi dan pola komunikasi, penting bagi kita untuk memahami cancel culture secara mendalam dan menggunakan media sosial dengan bijak. Membangun ruang diskusi yang inklusif dan memberi kesempatan belajar dari kesalahan adalah kunci menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan adil.(*)