JAMBIKORAN.COM – Pemahaman umum bahwa pernikahan harus berjalan dengan prinsip 50:50, di mana setiap pasangan memberikan kontribusi yang setara setiap saat, kini mulai bergeser di tengah perbincangan warganet.
Sebuah kutipan dari akun media sosial yang viral baru-baru ini berhasil menarik perhatian dan mengubah perspektif banyak pasangan mengenai arti sejati dari komitmen dalam rumah tangga. Kutipan yang diunggah ulang ribuan kali tersebut menyatakan, “Hubungan pernikahan nggak selamanya harus 50:50. Kadang 80:20, kadang 30:70. Yang penting, dua-duanya nggak berhenti saling isi. Karena rumah tangga nggak selalu dihitung dengan angka, tapi dari niat untuk selalu bersama.” BACA JUGA:Julian Alvarez Frustasi BACA JUGA:Maraton Film Jadi Gaya Hidup Baru Pernyataan ini disambut baik oleh warganet, khususnya para ibu (Moms) yang merasa sering menanggung beban lebih besar, terutama saat mengurus anak dan rumah tangga. Konsep ini memberikan validasi bahwa dalam fase tertentu kehidupan, salah satu pasangan mungkin harus mengambil porsi kontribusi yang jauh lebih besar daripada yang lain, tanpa harus menuntut keseimbangan yang sempurna. Menurut para pakar hubungan keluarga, konsep 80:20 dan 30:70 ini merefleksikan dinamika dan fase hidup pasangan. Misalnya, ketika suami sedang fokus pada peningkatan karier (mungkin kontribusinya secara waktu adalah 30%), istri mungkin harus mengambil porsi 70% di rumah. BACA JUGA:Menjaga Kelestarian Budaya, Wawako Diza: Pemkot Jambi Punya Program Prioritas Bahagia Berbudaya BACA JUGA:Mitos Haid yang Masih Banyak Dipercaya Sebaliknya, saat istri sakit, suami akan memberikan 80% usahanya untuk merawat dan mengurus kebutuhan rumah tangga. Kunci utama, seperti yang ditekankan dalam kutipan viral tersebut, adalah niat untuk tidak berhenti saling mengisi. Hal ini menunjukkan bahwa pondasi pernikahan sejati adalah fleksibilitas dan empati, bukan perhitungan matematis. “Kadang memang nggak semuanya dihitung dari siapa yang paling banyak berjuang, tapi soal saling menguatkan agar bisa bertahan selamanya. BACA JUGA:Motif Bunga, Tren Abadi Fashion dan Dekorasi BACA JUGA:Tips Membantu Anak Atur Emosi, Agar Lebih Tenang Setuju, Moms?” tulis narasi lanjutan dari unggahan tersebut, yang menegaskan pentingnya dukungan emosional di atas perhitungan fisik atau finansial. Fenomena kutipan ini menjadi pengingat bagi pasangan muda bahwa pernikahan bukanlah perlombaan untuk mencari siapa yang paling berkorban, melainkan perjalanan timbal balik di mana kedua pihak harus siap menjadi penyangga saat pasangan sedang berada di titik terlemahnya. Dengan mengadopsi prinsip ini, tekanan untuk selalu sempurna 50:50 dapat dihilangkan, digantikan dengan rasa saling pengertian dan solidaritas yang tak terputus. (*)
Kategori :