Namun Universal Music juga menyebut teknologi baru sebagai potensi ancaman bagi para artis dan mengatakan bahwa TikTok sedang mengembangkan alat untuk mengaktifkan, mempromosikan, dan mendorong penciptaan musik AI.
UMG menuduh platform tersebut “menuntut hak kontrak yang memungkinkan konten ini mengurangi jumlah royalti seniman manusia secara besar-besaran, dalam sebuah tindakan yang mensponsori penggantian artis dengan AI.”
UMG juga mempermasalahkan apa yang disebutnya sebagai masalah keamanan di TikTok. UMG tidak puas dengan upaya TikTok dalam menangani ujaran kebencian, kefanatikan, intimidasi, dan pelecehan.
Disebutkan bahwa menghapus konten yang meresahkan dari TikTok adalah “proses yang sangat rumit dan tidak efisien yang setara dengan proses digital yang setara dengan “Whack-a-Mole.”
BACA JUGA:Ini Dia Deretan Artis yang Jadi Caleg di Pemilu 2024
BACA JUGA:Aming Sugandhi: Film Horor Indonesia Melangkah ke 'Next Level' dengan Pesatnya Pengembangan
UMG menyebutkan pihaknya mengusulkan agar TikTok mengambil langkah serupa dengan apa yang digunakan beberapa mitra platform media sosial lainnya.
Akan tetapi hal itu ditanggapi dengan ketidakpedulian pada awalnya, dan kemudian dengan intimidasi.
“Saat negosiasi kami berlanjut, TikTok berusaha menindas kami agar menerima kesepakatan yang nilainya lebih rendah dari kesepakatan sebelumnya, jauh di bawah nilai pasar wajar dan tidak mencerminkan pertumbuhan eksponensial mereka,” ujar UMG. “Bagaimana mereka mencoba mengintimidasi kami? Dengan secara selektif menghapus musik dari artis-artis tertentu yang sedang berkembang, sambil tetap mempertahankan bintang-bintang global yang menggerakkan penonton di platform kami.”
Namun demikian TikTok mengatakan bahwa Universal Music menempatkan “keserakahan mereka di atas kepentingan artis dan penulis lagu mereka.”(*)