5 Tantangan Ekonomi yang Perlu Diantisipasi

Kongres ISEI XXII 2024 di Surakarta, Jawa Tengah-ANTARA-

SURAKARTA - Ketua Umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Perry Warjiyo mengatakan terdapat lima tantangan ekonomi ke depan yang perlu diantisipasi.


“Kami melihat terdapat lima tantangan strategis ke depan yang perlu kita antisipasi untuk mewujudkan Indonesia Maju,” ujar Perry dalam Kongres ISEI XXII 2024 di Surakarta, Jawa Tengah.

BACA JUGA:Muaro Jambi Bakal Jadi Pusat Ekonomi Baru, Peluang Investasi Berkat Jalan Tol Betung-Jambi

BACA JUGA:Terkuak! Akhirnya Pembunuh Gadis Penjual Gorengan di Padang Ditangkap


Tantangan pertama yaitu perubahan siklus ekonomi global yang bergerak dengan cepat. Ketidakpastian global berisiko menimbulkan kerentanan bagi perekonomian Indonesia.


“Oleh karena itu, kebijakan publik dan stabilitas makroekonomi perlu dijaga,” tambah dia.


Tantangan kedua adalah pergeseran pola sumber pertumbuhan ekonomi. Gubernur Bank Indonesia (BI) itu menyebut pertumbuhan ekonomi global mulai bergeser dari Amerika Serikat (AS) menuju negara-negara seperti China, Indonesia, dan India.


Dengan pergeseran itu, lanjut Perry, hilirisasi dan reformasi struktural makin genting untuk dilakukan.


Tantangan ketiga ialah perubahan demografi. Sementara sejumlah negara maju mengalami penuaan populasi, Indonesia justru didominasi oleh generasi muda. Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang. Perry berpendapat digitalisasi perlu diperkuat untuk memastikan generasi muda dapat berkontribusi secara maksimal terhadap perekonomian.


Namun, digitalisasi ekonomi itu menjadi tantangan yang keempat. Adopsi teknologi digital makin luas di berbagai sektor sejak pandemi COVID-19, termasuk di sektor UMKM. Untuk menjaga momentum ini, pemerintah perlu terus mendorong akselerasi digital.

BACA JUGA:Sumur Resapan Bisa Jadi Solusi Saat Kemarau, untuk Dapatkan Air Bersih

BACA JUGA:The Fed Putuskan Pangkas Suku Bunga, Jadi Angin Segar Untuk Indonesia


Upaya itu juga turut dilakukan oleh BI. Sebagai contoh, BI menggencarkan penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Berdasarkan data terakhir, transaksi QRIS tumbuh pesat sebesar 217,33 persen (year-on-year/yoy), dengan jumlah pengguna mencapai 52,55 juta dan jumlah merchant 33,77 juta.


Tak hanya di dalam negeri, BI juga mendorong penggunaan QRIS lintas negara, seperti di Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Tag
Share