ADB Harap Prabowo Lanjutkan Kemitraan Transisi Energi
Wakil Presiden ADB Scott Morris-ANTARA-
BEIJING - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank atau ADB) berharap dapat terus melanjutkan kerja sama program transisi energi di Indonesia pada masa pemerintahan baru dengan kepemimpinan Prabowo Subianto.
"Kami tentu berharap untuk terus menjalin kemitraan yang kuat, termasuk dengan pemerintahan baru dan saya pikir Indonesia sudah memiliki komitmen dan tujuan dalam transisi energi," kata Wakil Presiden ADB Scott Morris.
BACA JUGA:Muaro Jambi Bakal Jadi Pusat Ekonomi Baru, Peluang Investasi Berkat Jalan Tol Betung-Jambi
BACA JUGA:Terkuak! Akhirnya Pembunuh Gadis Penjual Gorengan di Padang Ditangkap
Scott Morris yang menangani kawasan Asia Timur, Asia Tenggara dan Pasifik menyampaikan hal tersebut dalam Forum Asia Timur 2024 yang diselenggarakan ADB untuk mendiskusikan sejumlah tantangan di kawasan dalam mengatasi perubahan iklim dan kemitraan dengan ADB.
"Dapat saya katakan kemitraan ADB dan Indonesia dalam transisi energi sangat penting bagi kami. Kami mengakui komitmen pemerintah Indonesia untuk membuat kemajuan dalam agenda yang menantang ini," tambah Morris.
Tantangan tersebut termasuk bagaimana sebagai negara berkembang yang besar Indonesia dapat mengelola transisi energi secara efektif, menyediakan sumber daya secara efektif, dan mencari mitra internasional untuk pembiayaan seperti ADB.
"Jadi ini adalah agenda yang penting sekaligus membutuhkan banyak upaya, tapi kami tentu berkomitmen untuk membantu Indonesia meneruskan transisi energi," ungkap Morris.
Morris menyebut Indonesia dan China memiliki sejumlah kesamaan dan Indonesia dapat mengambil beberapa pelajaran dari China misalnya bagaimana memperkenalkan pendekatan inovatif dan menerapkannya dalam skala besar untuk mengganti bahan bakar fosil.
"Meski demikian, apa yang telah kita lihat di China adalah kemajuan luar biasa untuk menyediakan listrik yang bersih bahkan saat mereka masih membutuhkan bahan bakar fosil dalam pembangkit listriknya," kata Morris.
Pada November 2022, ADB telah menyetujui pinjaman senilai 500 juta dolar AS untuk mendukung reformasi sektor energi Indonesia untuk meningkatkan keberlanjutan dan tata kelola fiskal, memperluas investasi sektor swasta di bidang energi bersih dan terbarukan, serta mempromosikan pemulihan hijau dari pandemi COVID-19.
Indonesia dan ADB menyepakati komitmen percepatan pelaksanaan pensiun dini (early retirement) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara dan diganti dengan energi baru yang ramah lingkungan di Indonesia, yang dijalankan dalam kerangka pembiayaan Mekanisme Transisi Energi (Energy Transition Mechanism atau ETM) yaitu program pembiayaan ADB dengan kolaborasi pemerintah, investor swasta dan filantropi.
ADB juga menjadi bagian dari International Partners Group (IPG) yang mendanai Just Energy Transition Partnership (JETP), satu perjanjian untuk memobilisasi pendanaan pemerintah dan swasta, telah menganggarkan dana sebesar 20 miliar dolar AS untuk mendukung transisi energi yang adil di Indonesia yang ditandatangani pada sela-sela pertemuan KTT Pemimpin G20 pada 15 November 2022.
Program ETM saat ini sedang dijalankan di lima negara, yaitu Indonesia, Vietnam, Filipina, Pakistan dan Kazakhstan.
JETP Indonesia menargetkan pada 2030 untuk membatasi total emisi sektor ketenagalistrikan sebesar 290 juta ton karbon dioksida, mempercepat penggunaan energi terbarukan untuk berkontribusi setidaknya 34 persen dari seluruh pembangkit listrik, dan menetapkan tujuan untuk mencapai emisi nol bersih di sektor ketenagalistrikan pada 2050.
BACA JUGA:Sumur Resapan Bisa Jadi Solusi Saat Kemarau, untuk Dapatkan Air Bersih
BACA JUGA:The Fed Putuskan Pangkas Suku Bunga, Jadi Angin Segar Untuk Indonesia
ADB juga telah menandatangani perjanjian kerangka kerja tidak mengikat untuk mendukung penghentian operasional PLTU Cirebon-1 berkapasitas 660 megawatt, yang seharusnya berakhir pada Juli 2042 dipercepat menjadi Desember 2035. Kesepakatan itu ditandatangani oleh ADB, PT PLN, dan PT Cirebon Electric Power (CEP) serta lembaga pengelola investasi Indonesia (INA) di sela-sela COP28 Dubai, Uni Emirat Arab pada awal Desember 2023.
Potensi pengembangan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Tanah Air sendiri mencapai 3.687 gigawatt, potensi ini terdiri atas pengembangan tenaga air (hidro) sebesar 95 gigawatt, tenaga surya 3.294 gigawatt, bioenergi 57 gigawatt, panas bumi (geotermal) 23 gigawatt, energi bayu atau angin 155 gigawatt, serta potensi elektrifikasi dari laut mencapai 63 gigawatt. (*)