Ancaman Dark Factories di Indonesia

-IST/Jambi Independent-Jambi Independent
Perbedaan antara investasi barang modal (primer) dan perdagangan (sekunder) ke sektor jasa (tersier) menyebabkan fenomena itu terjadi.
Oleh karena itu, ada bukti bahwa seiring dengan efektivitasnya terhadap pertumbuhan ekonomi, dampak investasi terhadap penambahan lapangan kerja dan penciptaan lapangan kerja semakin menurun.
4. Ancaman keamanan data
Potensi penyalahgunaan teknologi dan informasi yang dibuat oleh pabrik melalui fasilitas manufaktur yang beroperasi secara otomatis dan terhubung ke internet dapat menjadi sasaran serangan cyber yang membahayakan keamanan data.
Serangan cyber lebih mungkin terjadi pada “pabrik gelap” yang memiliki sistem otomatisasi dan IoT yang terhubung.
Data sensitif seperti desain produk, data pelanggan, atau informasi keuangan dapat dicuri, dimanipulasi, atau dienkripsi jika sistem-sistem itu diretas.
5. Ketergantungan teknologi
Indonesia mungkin menghadapi kesulitan dalam mengadopsi dan mengelola teknologi “dark factories”, terutama jika sumber daya manusia dan infrastruktur yang diperlukan belum siap.
Konsep itu memungkinkan proses produksi berlangsung tanpa henti selama 24 jam sehari dalam 7 hari seminggu. Dark factories meningkatkan efisiensi dan akurasi. Serta mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja.
Dark factories mungkin menjanjikan efisiensi. Tetapi tanpa kesiapan dan regulasi yang tepat, Indonesia justru bisa menghadapi krisis ketenagakerjaan, ketimpangan, dan ancaman keamanan digital yang semakin nyata. (*)