Inflasi Juni 2025 di Jambi Capai 1,65 Persen

INFLASI: Agus Sudibyo, Kepala BPS Provinsi Jambi saat menyampaikan rilis perkembangan harga barang dan jasa di Kantor BPS Jambi.-JAILANI/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent

JAMBI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi merilis data terbaru terkait perkembangan harga barang dan jasa pada bulan Juni 2025. Hasilnya menunjukkan bahwa Provinsi Jambi mengalami inflasi sebesar 1,65 persen secara kumulatif sejak awal tahun. Inflasi ini dipicu oleh kenaikan harga pada sejumlah kelompok pengeluaran, terutama kelompok transportasi serta makanan, minuman, dan kebutuhan pokok (sembako).

Kepala BPS Provinsi Jambi, Agus Subidyo, menyampaikan bahwa beberapa faktor utama menjadi pendorong inflasi pada Juni 2025, di antaranya adalah kenaikan harga tiket angkutan udara serta bahan pangan seperti daging ayam, daging sapi, makanan jadi, dan beras.

“Inflasi yang terjadi bulan ini cukup dipengaruhi oleh kenaikan harga dari sektor transportasi dan makanan. Khusus untuk angkutan udara, kenaikannya memberikan andil sebesar 0,15 persen terhadap inflasi,” ujar Agus dalam konferensi pers, Selasa (1/7).

Selain angkutan udara, kelompok makanan juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap inflasi bulan ini. Menurut Agus, terjadi lonjakan harga pada beberapa bahan pangan strategis seperti daging ayam, daging sapi, dan makanan jadi.

BACA JUGA:Janjikan Hibah Mobil Damkar

BACA JUGA:Dorong Partisipasi Warga Lewat Kampung Donor Darah

“Untuk kelompok makanan, minuman, dan sembako, kami mencatat sumbangan inflasi sebesar 1,2 persen. Kenaikan ini cukup signifikan dan mencerminkan tingginya permintaan masyarakat di tengah penurunan pasokan atau distribusi yang belum maksimal,” jelasnya.

Beras, sebagai komoditas utama masyarakat, turut mengalami kenaikan harga. Walaupun di Kabupaten Bungo harga beras mengalami penurunan sehingga mendorong terjadinya deflasi di wilayah tersebut, kondisi sebaliknya terjadi di Kabupaten Kerinci dan Kota Jambi.

“Harga beras di Kerinci dan Kota Jambi naik, walaupun tidak terlalu besar, tapi dampaknya sangat terasa. Karena beras memiliki bobot yang besar dalam perhitungan inflasi,” jelas Agus.

Penurunan harga beras di Bungo bahkan menjadi faktor utama terjadinya deflasi di wilayah tersebut. Namun demikian, kenaikan harga di dua wilayah lainnya cukup untuk tetap mendorong inflasi di tingkat provinsi.

Di akhir keterangannya, Agus menyampaikan harapannya agar ke depan inflasi dapat dikendalikan melalui penguatan distribusi bahan pokok dan pengawasan harga di pasar. (cr01/enn)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan