Dua Hari, Kemacetan Belum Terurai Sudah Sampai 3 Kilometer

MACET: Kemacetan yang terjadi di Jalan Lintas Sumatera KM 51, Kabupaten Bungo, belum terurai.-SITI HALIMAH/JAMBI INDEPENDENT-Jambi Independent

MUARABUNGO - Proyek pembangunan turap tebing di Jalan Lintas Sumatera KM 51, tepatnya di depan PT Starubber Jujuhan, Kabupaten Bungo, memicu kemacetan panjang hingga mencapai tiga kilometer sejak Rabu (13/8).

Kemacetan terjadi setelah pihak pemborong memulai tahap penggalian gorong-gorong yang memotong badan jalan. Pekerjaan ini menyebabkan arus lalu lintas hanya bisa dilalui secara bergantian satu arah, sehingga antrean kendaraan dari dua arah pun tak terhindarkan. Situasi ini diperparah dengan tidak adanya petugas resmi dari kepolisian, dinas perhubungan, maupun pihak pelaksana proyek yang mengatur lalu lintas di lokasi.

Berdasarkan pantauan di lapangan, antrean kendaraan mengular dari kedua arah, dengan pengendara terpaksa melambat bahkan berhenti total menunggu giliran lewat. Beberapa sopir memilih mematikan mesin kendaraan untuk menghemat bahan bakar sambil menunggu antrean bergerak.

BACA JUGA:Al Haris Tekankan Pentingnya Sinergi Program Antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota

BACA JUGA: Bupati BBS Hadiri Grand Final Pemilihan Bujang Gadis Muaro Jambi

“Saya dari Dharmasraya ke Bungo terjebak macet sampai 3 kilometer. Harapannya ada petugas yang mengatur, biar antreannya tidak terlalu panjang,” ujar Heri, salah seorang pengendara mobil yang terjebak kemacetan.

Hingga Kamis (14/8), kemacetan belum juga terurai. Warga setempat akhirnya mengambil inisiatif mengatur lalu lintas dengan sistem buka-tutup jalur secara swadaya. Mereka berdiri di tengah jalan, memberi aba-aba kepada pengendara kapan harus jalan dan kapan berhenti.

Langkah ini dilakukan untuk mencegah antrean kendaraan semakin memanjang, mengingat jalur tersebut merupakan penghubung utama antarprovinsi di Pulau Sumatera yang vital untuk distribusi barang dan pergerakan masyarakat.

“Kalau dibiarkan tanpa pengaturan, antreannya bisa lebih dari 3 kilometer. Apalagi ini jalur utama truk barang dan bus antar kota,” kata Ridwan, warga yang turut membantu mengatur lalu lintas.

Selain minimnya pengaturan lalu lintas, kondisi cuaca juga ikut memperparah situasi. Hujan yang mengguyur kawasan proyek membuat permukaan jalan becek dan licin. Hal ini memaksa kendaraan, terutama truk bermuatan berat, melaju lebih hati-hati dan memperlambat laju arus kendaraan.

“Kami sudah lama terjebak. Hujan bikin jalan licin, jadi tambah lama,” keluhnya.

Proyek turap tebing tersebut merupakan bagian dari pemulihan infrastruktur pascalongsor yang terjadi pada 2024 lalu. Kerusakan akibat longsor membuat jalan rawan amblas, sehingga pembangunan beton turap dinilai penting untuk keamanan jangka panjang.

 

 

“Kalau ini berlarut-larut, dampaknya bukan hanya ke pengguna jalan pribadi, tapi juga ke pasokan logistik. Jalan Lintas Sumatera ini kan urat nadi transportasi,” pungkasnya. (mai/enn)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan