Kepala BGN Tegaskan MBG Butuh Ahli Gizi

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana.-ist/jambi independent-

JAKARTA,JAMBIKORAN.COM - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, merespons pernyataan kontroversial Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, yang menyebut Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak memerlukan ahli gizi professional, dan bisa digantikan oleh lulusan SMA yang dilatih. Pernyataan tersebut memicu polemik luas di publik, terutama di kalangan ahli gizi dan aktivis kesehatan.

 

Komentar Cucun yang disampaikan dalam acara konsolidasi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kabupaten Bandung itu menyinggung rencana mengubah diksi “Ahli Gizi” menjadi “Tenaga yang Menangani Gizi” atau “Pengawas Gizi” dengan alasan fleksibilitas rekrutmen, mengingat terbatasnya ketersediaan ahli gizi di banyak daerah. Pernyataan tersebut viral dan menuai kritik pedas karena dinilai meremehkan profesi ahli gizi.

 

Menanggapi hal itu, Kepala BGN menegaskan bahwa kompetensi tetap menjadi syarat mutlak dalam pelaksanaan MBG. Ia menekankan bahwa standar menu nasional yang disusun BGN menuntut keberadaan tenaga yang benar-benar memahami ilmu gizi di setiap SPPG.

 

“Program ini dirancang dengan standar menu nasional. Oleh karena itu, di setiap SPPG harus ada orang yang paham tentang gizi,” tegas Dadan, Selasa (18/11).

 

Dadan menjelaskan bahwa meski ahli gizi murni diprioritaskan, BGN membuka peluang bagi lulusan disiplin ilmu lain yang relevan, seperti Kesehatan Masyarakat, Teknologi Pangan, atau Pengolahan Makanan, selama mereka memiliki pendidikan atau pengetahuan yang cukup tentang gizi.

 

Ia mengakui bahwa kebutuhan tenaga gizi untuk seluruh dapur SPPG sangat besar, sementara jumlah sarjana gizi yang tersedia masih terbatas. Kondisi ini, menurutnya, menjadi salah satu alasan pemerintah mempertimbangkan opsi tenaga alternatif.

 

“Prioritas pertama tentu Sarjana Gizi. Tapi kita tahu produksinya terbatas, sementara program terus berjalan. Jadi ketika terjadi kelangkaan, kami mencari jalan keluar dengan memperluas kualifikasi tenaga yang menangani gizi,” ujarnya.

Namun demikian, Dadan menegaskan bahwa peran tenaga gizi tetap krusial dan tidak dapat disederhanakan hanya sebatas menjadi pencicip makanan. Tugas mereka meliputi penyusunan menu sesuai standar nasional, pemantauan proses produksi makanan, memastikan kebersihan, serta mencegah risiko keamanan pangan, termasuk keracunan massal yang pernah terjadi di beberapa daerah.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan