Penerapan Prinsip Berkelanjutan untuk Melestarikan Lingkungan
Tiga murid SDN 67 Desa Muaro Sekalo, Kabupaten Tebo menyiram sayur. -Elvina/Jambi Independent-
MUARATEBO - Pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sangat krusial untuk mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap alam.
Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan memberikan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai pelestarian lingkungan dan keberlanjutan. Di SDN 67 Desa Muaro Sekalo, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, upaya penerapan prinsip berkelanjutan telah dilakukan sejak tahun 2018, dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan sekaligus mengurangi pengeluaran sekolah.
Sarjoni, Kepala SDN 67 Desa Muaro Sekalo, menjelaskan bahwa penerapan prinsip berkelanjutan ini merupakan bagian dari implementasi Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), yang menggabungkan pengetahuan tentang pentingnya pelestarian alam dengan pengenalan kearifan lokal yang ada di daerah mereka.
BACA JUGA:Kerugian Capai Rp 25 Juta Pohon Tumbang Timpa Rumah Warga di Muaro Jambi
BACA JUGA:Mantan Kepsek dan Bendahara Ditahan
"Dengan ini, kami berharap dapat menumbuhkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya lokal, serta memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga lingkungan. Apa yang dipelajari siswa di sekolah dapat disampaikan kepada orangtua mereka, yang akan memperluas dampak edukasi ini di masyarakat," ujar Sarjoni.
Di SDN 67, penerapan prinsip berkelanjutan tidak hanya mengajarkan teori di kelas, tetapi juga melalui kegiatan nyata yang melibatkan siswa. Sarjoni menambahkan, melalui kegiatan ini, siswa dapat terlibat langsung dalam usaha pelestarian lingkungan, dan mereka dapat belajar tentang pentingnya keberagaman hayati dan bagaimana menjaga kelestarian alam di sekitar mereka.
Suprianto, guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di SDN 67, menjelaskan lebih lanjut tentang kegiatan penanaman bibit tanaman endemik yang dilakukan oleh para siswa. Beberapa jenis tanaman yang diajarkan untuk ditanam antara lain buah tampoy, kudu biawak, mata kucing, dan bedaro.
Tanaman-tanaman ini merupakan flora lokal yang memiliki nilai ekologis tinggi dan menjadi bagian penting dari kearifan lokal Desa Muaro Sekalo. Bibit tanaman ini ditanam di kawasan hutan sekolah yang memiliki luas sekitar 2500 m².
“Bibit tanaman ini nantinya akan ditanam di kawasan hutan sekolah atau kelas jauh, kira-kira seluas 2500 m², khusus untuk menanam tanaman endemik yang ada di Desa Muaro Sekalo ini,” kata Suprianto.
Program ini bertujuan untuk memperkenalkan siswa pada jenis tanaman yang hanya ada di daerah mereka, serta mengedukasi mereka mengenai pentingnya menjaga keberagaman hayati yang ada di sekitar mereka.
Suprianto juga menambahkan, meskipun beberapa tanaman tersebut disukai oleh gajah, yang kerap memakan buahnya, fokus utama dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan siswa tentang pelestarian tanaman endemik dan cara menjaga keseimbangan ekosistem.
“Kalau tanamannya disukai gajah, buahnya dimakan gajah. Namun, kami lebih fokus pada edukasi siswa tentang pelestarian lingkungan dan tanaman endemik yang ada di Desa ini, karena masyarakat sekitar banyak yang menanam kelapa sawit. Kami berusaha menanam buah-buahan lokal sebagai alternatif,” jelas Suprianto.
Selain berfokus pada pelestarian lingkungan, SDN 67 juga berusaha mengurangi pengeluaran dengan memanfaatkan apa yang ada di lingkungan sekolah. Sekolah ini menerapkan konsep kewirausahaan yang melibatkan siswa dalam kegiatan bertani.
Setiap kelas belajar untuk menanam beberapa jenis sayuran, seperti sawi dan jahe. Hasil dari bertani ini kemudian dijual dan memberikan pemasukan tambahan bagi sekolah.
Hasil penjualan sayur-sayuran tersebut dalam satu semester dapat menghasilkan pemasukan mulai dari Rp 800.000 hingga Rp 1.000.000. Uang yang terkumpul kemudian ditabung oleh siswa dan digunakan untuk membeli kaos atau seragam sesuai dengan keingina. (eri/ira)