Infrastruktur di Amerika kini sudah ketinggalan jauh. Terutama dibandingkan dengan Tiongkok-baru. Bandara, kereta api, jalan tol, pelabuhan, jembatan --banyak yang roboh pula.
Gelandangan. Pengemis. Kekerasan.
Maka tujuan saya kali ini justru ke New York. Pulangnya kelak tidak lagi dari Big Apple. Pilih pulang dari San Fransisco. Yang di media begitu menakutkannya: penjarahan toko, gelandangan, tenda-tenda di sepanjang jalan, kekerasan pada etnik Asia.
Saya tidak terpengaruh dengan kesan yang muncul di media di Asia seperti itu. Saya tidak takut jalan-jalan sendirian meski orang seperti saya bisa dikira Tionghoa juga. Bahkan ada orang Korea tewas di Amerika juga dikira Tionghoa. Pun yang lebih coklat dari India.
BACA JUGA:Wah Kalian Harus Tahu, Inilah Zodiak yang Terkenal Suka Nonton Drakor
BACA JUGA:Hadiri HUT Kota Jambi, Mukti: Kota Jambi Kian Maju, Banyak Raih Penghargaan
Di hari keempat saya meninggalkan
New York: dari bandara La Guardia --bukan dari bandara kedatangan saya di JFK. Sudah waktunya ke satu negara bagian nun jauh di tengah --yang Anda sudah tahu.
Kali ini saya tidak naik mobil. Tidak lucu: setir mobil tiga hari, sendirian. Apalagi saya sudah pernah beberapa kali bermobil dari
New York ke sana --lewat jalur yang berbeda.
BACA JUGA:Rekomendasi HP Samsung Terbaik di Harga Rp1 Juta
BACA JUGA:Awal Juni 2024 BBM Naik, Jokowi: Semua Sudah Diperhitungkan
Saya kaget: ini bukan LaGuardia. Ini LaGuardia. Bukan. Iya. Ternyata ini bandara baru. Terminalnya yang baru. Terperangah.
Ini mah bukan infrastruktur yang ketinggalan. Tidak kalah dengan yang di Tiongkok. Bahkan unggul. Terasa finishing-nya sempurna.
Khas negara yang sudah lama kaya. Material eksterior dan interiornya lebih berkelas --tidak terasa ada unsur menghemat bahan.