Telanjur berliur.
BACA JUGA:PLN Pastikan Listrik di Sumsel, Jambi, dan Bengkulu Sudah Normal Kembali
BACA JUGA:Gempa Bumi Berkekuatan 5.1 Magnitudo Guncang Wilayah Keerom Papua Pagi Tadi
Saya garuk-garuk kepala. Lama. Terasa kena PHP zam zam. Pelayan itu mungkin iba melihat wajah setengah hitam di depannyi.
"Hari ini kami bisa buatkan tapi harganya beda," ujarnyi. Saya anggukkan kepala, tanpa bertanya 19 dolar di menu itu menjadi berapa.
Ternyata dia tidak iba kepada dompet saya.
Saya hanya pesan dua untuk tiga orang. Satu porsi pun, porsi Amerika, bisa untuk empat orang perusuh Disway.
BACA JUGA:Hari Ini, Ribuan Buruh Gelar Demo Tentang Iuran Tapera
BACA JUGA:Menteri PUPR Sebut Tower Hunian ASN di IKN Bisa Beroperasi Mulai Bulan Agustus
Setelah disajikan kami saling pandang: bagaimana cara menghabiskannya.
Di Dallas kami harus bertemu teman. Asal Tiongkok. Maka kami janjian makan di chinese food: bebek panggang, tumis kacang panjang muda, terong bumbu taocho, tahu sapo. Dan... Ini dia: nasi. Sudah dua minggu tidak jumpa nasi.
Dari Dallas ke Austin sudah dekat. Tinggal tiga jam bermobil. Setelah ke Universitas Texas di Austin, menunya ganti Vietnam Food. Pho. Tidak ada yang mangkoknya kecil. Lihat ukuran mangkok yang disajikan di meja sebelah saja sudah tidak lagi lapar. Maka kami hanya pesan dua mangkok untuk tiga orang.
Panas. Austin begitu panas di musim panas. Apalagi tidak sehembus pun angin bertiup. Pun jam delapan malam.
BACA JUGA:Hakim Ketua MK Larang Interupsi saat Sidang Putusan Sengketa Pileg 2024
BACA JUGA:Gemini Sedikit Stres Hari Ini, Luangkan Waktu untuk Melepas Lelah Mu
Besoknya kami dari Austin ke San Antonio lebih dekat lagi: dua jam saja. Juga panas sekali. Sampai 38 derajat.