BACA JUGA:Portugal Lolos ke 16 Besar Usai Tundukkan Turki 3-0 di Euro 2024
BACA JUGA:Georgia Imbangi Ceko, Raih Poin Perdana di Euro 2024
"Setiap hari, dia membawa air laut untuk memandikan penyu-penyu yang telah diselamatkan, mengganti air di kolam, dan memberi mereka obat," kenangnya.
Zhang membawa obat-obatan khusus ke pulau itu untuk pengobatan penyu. Dia juga mengajarkan kepada nelayan setempat cara menggunakan pendekatan ilmiah untuk menyelamatkan penyu yang terluka, pentingnya melindungi laut dan penyu, serta cara agar tidak melukai penyu saat menangkap ikan.
Pada 2021, pusat perlindungan penyu Beidao didirikan. Tim peneliti ilmiah dari Universitas Xiamen, Universitas Sun Yat-sen, Hainan Normal University, dan Institut Penelitian Perikanan Laut China Selatan di bawah naungan Akademi Ilmu Perikanan China mendirikan laboratorium atau basis penelitian di Pulau Beidao, tempat para ahli melakukan penelitian mengenai status populasi penyu hijau, ekologi penyu, dan biologi konservasi.
"Dengan dukungan dan bantuan pemerintah setempat, kami melakukan penelitian di 11 pulau dan terumbu karang di Kepulauan Xisha," kata Zhang.
"Kami melakukan survei secara komprehensif mengenai situasi kelangsungan hidup penyu dan mendapatkan banyak data dan sampel yang sangat berharga." tambahnya.
BACA JUGA:Serangan Israel Membunuh 450 Calon Siswa Sekolah Menengah di Gaza dan Tepi Barat
BACA JUGA:Jumlah Korban Tewas di Palestina Capai 37.551 Orang Setelah Serangan Terbaru Israel di Gaza
Selama beberapa tahun terakhir, Kota Sansha secara bertahap membangun sistem ilmiah untuk perlindungan penyu, serta merumuskan dan mengeluarkan beberapa rencana dan peraturan perlindungan.
Pihak berwenang telah menerapkan mekanisme pemantauan dan perlindungan 24 jam untuk penyu yang datang ke pantai untuk bertelur.
Menurut data resmi, setelah upaya perlindungan dan restorasi ekologi selama bertahun-tahun, sebanyak 1.734 sarang dengan telur penyu hijau ditemukan di Kepulauan Xisha sejak 2017 hingga 2023. (*)