JAMBIKORAN.COM - Kecerdasan buatan atau AI (artificial intelligence) saat ini tengah bersiap membawa perubahan besar di dunia dan mengantarkan era yang penuh dengan kemajuan signifikan.
Namun hal tersebut memunculkan banyak tantangan luar biasa, banyak pertimbangan harus dicurahkan dalam tata kelola teknologi baru tersebt.
Guna memastikan AI bekerja untuk kepentingan semua bangsa, tribalisme teknologi dan mentalitas Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman harus diganti oleh paradigma kerja sama dan keterbukaan yang mendorong persatuan global dan kemakmuran bersama.
Filosofi ini merupakan inti dari upaya China untuk membentuk tata kelola AI yang baik.
BACA JUGA:Tantangan Kehidupan di Gaza, Bayi Prematur yang Berjuang untuk Hidup
BACA JUGA:Kepala UNRWA Desak Gencatan Senjata di Gaza Akibat Evakuasi Massal Israel
Pada pekan ini, dunia menyaksikan pengadopsian resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang pengembangan kapasitas AI, yang dipelopori oleh China, yang mengadvokasi representasi yang lebih luas dalam tata kelola AI dan lingkungan bisnis yang terbuka, adil, serta nondiskriminatif.
Dalam Konferensi Kecerdasan Buatan Dunia (World Artificial Intelligence Conference/WAIC) yang sedang berlangsung di Shanghai.
Acara tersebut mengusung tema "Mengelola AI untuk Kebaikan dan untuk Semua" (Governing AI for Good and for All), China menegaskan kembali dedikasinya untuk membentuk ekosistem AI yang inklusif.
Hal itu merupakan sebuah komitmen yang mendapat pujian dari para audiens internasional, terutama yang berasal dari Global South.
BACA JUGA:Pemukim Israel Serang Sekolah di Desa Ibziq
BACA JUGA:Arab Saudi dan Yordania Bersatu Kirim 30 Ton Bantuan Pangan ke Gaza
China dan Amerika Serikat (AS), dua negara yang berada di garis depan revolusi AI, untuk pertama kalinya mengadakan pertemuan dialog antarpemerintah tentang AI di Jenewa pada Mei lalu.
Kedua negara telah mencapai konsensus dalam membangun kerangka kerja untuk mengarahkan kompleksitas lanskap digital yang berkembang pesat.
Namun eskalasi tindakan-tindakan AS untuk mengganggu kelancaran investasi, teknologi, dan talenta AI telah menghambat upaya kolaboratif yang sangat dibutuhkan.