Militer Korsel sempat menyiarkan siaran tersebut pada 9 Juni untuk pertama kalinya dalam enam bulan, sebelum mematikannya untuk mencegah situasi menjadi tak terkendali.
Siaran harian dengan pengeras suara sebagian telah dimulai kembali pekan lalu untuk merespons pengiriman balon oleh Pyongyang.
Korut juga mulai menyiarkan suara berderak melalui pengeras suara di perbatasannya pada Sabtu, menurut pejabat militer itu.
Militer Korsel menduga kebisingan tersebut mungkin dimaksudkan agar warga Korut di wilayah perbatasan tidak mendengar siaran dari Korsel, kata pejabat tersebut, seraya menambahkan bahwa dampak kebisingan itu tampaknya terbatas.
"Dari sisi Korut, siaran pengeras suara kami dan suara dari pengeras suara mereka kemungkinan akan terdengar bersamaan," kata pejabat itu.
Korut disebut berang terhadap kampanye pengeras suara dan selebaran anti-Pyongyang yang dikirimkan para aktivis Korsel karena khawatir masuknya informasi dari luar bisa menimbulkan ancaman bagi rezim Kim Jong-un.
Pada pekan lalu, Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Korut, memperingatkan tentang konsekuensi yang "mengerikan dan menyakitkan" atas penyebaran selebaran yang terus berlanjut.
Pada 2014, kedua negara Korea terlibat baku tembak dengan senjata mesin di sepanjang perbatasan setelah Korut tampaknya mencoba menembak jatuh balon yang membawa selebaran propaganda yang mengkritik Korut.(*)