GAZA - Kota terbesar di Gaza selatan, Khan Younis berada dalam krisis karena akses air minum yang terbatas semakin memburuk setelah Israel menghancurkan lebih dari 70 persen sumur di kota tersebut.
Masalah air bersih di Jalur Gaza yang memburuk karena meningkatnya suhu, semakin meningkatkan kesulitan masyarakat karena Israel mengintensifkan serangannya terhadap daerah kantong Palestina tersebut.
“Penjajah (Israel) telah menghancurkan stasiun pemurnian air, 26 dari 37 sumur, dan saluran air sepanjang 220 kilometer,” kata pejabat media untuk Kota Madya Khan Younis, seperti dilaporkan Anadolu, Jumat.
Ibrahim Abu Dalal, yang mengawasi distribusi air di stasiun pemurnian air setempat, mencatat kekurangan air yang serius. Ia mengatakan bahwa banyak orang terpaksa minum air yang tidak sehat atau asin.
BACA JUGA:Tindak Cepat dalam Penanggulangan Karhutla, Pj Bupati Merangin Pimpin Apel Siaga Darurat
BACA JUGA:Iran Siap Membalas Israel atas Pembunuhan Ismail Haniyeh
“Kebutuhan para pengungsi dan penduduk di Khan Younis sangat besar. Infrastruktur telah hancur karena serangan darat Israel,” ucapnya.
Abu Dalal juga menyoroti bahwa penyebaran epidemi dan penyakit di antara warga Palestina karena kurangnya akses ke air minum bersih telah semakin memperburuk bencana kemanusiaan di daerah kantong tersebut.
Leen Ashur, seorang warga Khan Younis berusia 14 tahun, berbagi perjuangannya sehari-hari dalam menghadapi krisis air.
“Kami biasa bangun setiap pagi pukul 6 pagi dengan ransel untuk pergi ke sekolah. Sekarang, kami pergi dengan kendi untuk mengambil air,” katanya.
BACA JUGA:Dorong Penggunaan Produk Olahan Berbahan Unggulan Indonesia
BACA JUGA:Harga BBM Pertamina di SPBU Hari Ini, Pertamax di Jambi Dibanderol Rp 14.000 per Liter
Ayah Ashur yang terluka akibat serangan Israel, tidak dapat bekerja, sehingga keluarganya tidak memiliki penghasilan. Ashur menyatakan kekhawatiran bahwa jika mereka tidak dapat memperoleh air gratis, mereka harus membelinya yang akan menciptakan kesulitan keuangan lebih lanjut bagi keluarganya.
Senada, Asma Abu Hamid, seorang warga Gaza, menggambarkan situasi yang mengerikan tersebut.
"Kami benar-benar mengalami krisis air. Untuk mendapatkan air bersih, kami harus menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari di depan fasilitas pemurnian yang dapat kami capai dengan berjalan kaki keluar dari tenda,” ucapnya.