ANDA boleh menyebutkannya kereta. Boleh juga bus. Bahkan bus gandeng.
Nama resminya sendiri, di tempat lahirnya, amat panjang: Autonomous Rail Rapid Transit. Nama itu disingkat dengan singkatan yang juga tidak terlalu nyambung: ART.
Itulah kereta bus yang akan jadi ikon di IKN –ibu kota Nusantara. Anda sudah melihat fotonya. Juga videonya. Yakni saat barang itu dicoba di IKN seminggu terakhir.
Sesuai dengan KTP-nya ''barang'' itu lahir di kota mana lagi kalau bukan di Tiongkok. Nama kotanya: Zhuzhou (株洲). Di daerah selatan Tiongkok. Di provinsi Hunan –antara Wuhan dan Guangzhou.
BACA JUGA:Bagnaia Sebut Kemenangan Luar Biasa, Marc Marquez Malah Kecewa
BACA JUGA:KUPA-PPAS Perubahan 2024 Disepakati
Zhuzhou kota nomor dua di provinsi itu. Sekitar satu jam lewat jalan tol dari Changsha ibu kota Hunan. Ini kota kabupaten tapi besarnya jauh melebihi Bandung atau
Surabaya –apalagi kekuatan ekonominya.
Bagaimana sebuah penemuan baru bisa lahir di sebuah kabupaten nun di pedalaman? Yang jauhnya sekitar 2.000 km dari Beijing?
Wilayah pedalaman di Tiongkok memang punya kiat sendiri-sendiri untuk memajukan ekonomi. Saya sering ke daerah tetangga Zhuzhou. Si kabupaten tetangga itu punya kiat yang tak terbayangkan oleh para bupati di Indonesia.
BACA JUGA:Tampilkan Arakan Beragam Budaya
BACA JUGA:Polda Jambi Jadi Tuan Rumah Turnamen Volly Bhayangkari Cup Zona 2
Ia sadar kabupatennya jauh sekali dari pelabuhan. Jauh dari Shanghai. Jauh dari Shenzhen. Jauh dari Hong Kong. Daerah itu nun di pedalaman. Tidak mungkin ada investor yang mau tanam modal di situ.
Ternyata ada. Banyak. Dari banyak negara. Salah satunya dari Indonesia. Tentu saya kenal baik dengannya.
Saya pun bertanya: mengapa mau bikin pabrik di daerah sepedalaman itu. Bagaimana ia bisa ekspor ke Indonesia. Bukankah harus mengangkut produknya pakai truk ribuan kilometer ke arah pelabuhan internasional? Atau harus diangkut pakai kereta api selama dua hari ke pelabuhan yang mana pun?