JAMBI, JAMBIKORAN.COM - Tim dosen Program Studi Perikanan Universitas Jambi melaksanakan kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan judul "Penerapan Teknologi Geographical Information System (GIS) dalam Pendugaan Daerah Penangkapan Ikan Potensial untuk Meningkatkan Produktivitas Nelayan di Kuala Tungkal." Kegiatan ini dimulai pada tanggal 6 Agustus 2024 dan akan berlangsung hingga 6 Oktober 2024, bertempat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Dipimpin oleh Farhan Ramdhani, S.Pi., M.Si., tim ini terdiri dari anggota-anggota berpengalaman seperti Septy Heltria, S.Kel., M.Si., Ester Restiana Endang G, S.Pi., M.Si., Lauura Hermala Yunita, S.Pi., M.Si., Ir. Sri Novianti, M.P., Wulandari, S.Pi., M.Si., serta Dr. Ir. Suryono, M.Si. Dua mahasiswa dari Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, Erwin dan M. Adib Mubarok, juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Farhan Ramdhani juga mengatakan materi utama yang disampaikan dalam kegiatan ini adalah penerapan teknologi GIS dalam dunia perikanan. Teknologi GIS memungkinkan pemanfaatan data spasial dan parameter oseanografi, seperti suhu permukaan laut, dan klorofil-a, yang diperolehdari data citra satelit.
“Dengan bantuan teknologi ini, nelayan dapat lebih mudah menemukan daerah penangkapan ikan potensial (fishing ground) dengan akurat dan efisien. Implementasi teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas nelayan di Kuala Tungkal dan mendorong keberlanjutan sumberdaya perikanan di wilayah tersebut,” ungkapnya.
BACA JUGA:Bukan Hanya Karena Kurang Tidur, Ini 6 Penyebab Lain Kantung Mata
BACA JUGA:Update Patch Mobile Legends, Kali Ini Akan Hadirkan Hero Baru?
Farhan Ramdhani juga menyampaikan bahwa para nelayan tersebut memberikan tanggapan positif terhadap penerapan teknologi Geographical Information System (GIS) dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini. Mereka mengungkapkan bahwa teknologi tersebut sangat membantu dalam mengidentifikasi daerah penangkapan ikan potensial dengan lebih akurat, sehingga mereka dapat mengoptimalkan waktu dan biaya operasional.
“Nelayan juga merasa terbantu dengan pemahaman baru mengenai penggunaan data spasial dan informasi oseanografi seperti suhu permukaan laut dan klorofil-a. Dengan adanya teknologi ini, mereka berharap dapat meningkatkan hasil tangkapan dan kesejahteraan ekonomi mereka dalam jangka panjang,”ucapnya.
Meski demikian masih terdapat kendala yang dihadapi nelayan dalam penerapan teknologi GIS inidiantaranya: Keterbatasan Akses Teknologi sebagian besar nelayan masih belum terbiasa dengan penggunaan teknologi canggih seperti GIS. Akses terhadap perangkat seperti komputer atau ponsel pintar yang diperlukan untuk mengoperasikan GIS juga menjadi kendala bagi sebagian nelayan.
“Kemudian kurangnya pengetahuan teknologi, meskipun pelatihan telah diberikan, beberapa nelayan mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk benar-benar memahami dan mengaplikasikan teknologi GIS. Tingkat literasi teknologi yang beragam menjadi tantangan dalam proses adopsi lalu Kondisi alam yang tidak terduga, faktor alam yang dinamis, seperti perubahan cuaca yang cepat atau kondisi laut yang tidak sesuai prediksi, dapat memengaruhi akurasi data yang dihasilkan oleh teknologi GIS, sehingga mengurangi efektivitasnya di lapangan,” kata Farhan Ramdhani..
BACA JUGA:Rapat Polemik Kebocoran Data, Komisi I DPR Undang Polhukam-Kominfo Besok
BACA JUGA:Siap Diuji Layak Fungsi, Jalan Tol Bayung Lencir-Tempino Segera Beroperasi
Farhan Ramdhani menambahkan untuk biaya operasional, meskipun GIS dapat meningkatkan efisiensi, teknologi ini mungkin memerlukan biaya tambahan untuk perawatan perangkat keras, lisensi software, atau akses data satelit secara berkelanjutan, yang mungkin memberatkan bagi sebagian nelayan.
“Untuk adaptasi dan keberlanjutan penggunaan meskipun teknologi GIS dapat memberikan manfaat jangka panjang, tantangan lain adalah memastikan nelayan terus menggunakan teknologi ini setelah program pengabdian selesai. Ketersediaan dukungan teknis dan keberlanjutan pemantauan menjadi faktor penting untuk keberhasilan jangka panjang,” tutupnya. (*)