Kehamilan tidak hanya memengaruhi tubuh secara fisik, tetapi juga membawa perubahan besar pada otak. Banyak wanita melaporkan perubahan emosional dan kognitif selama masa kehamilan, seperti perasaan lebih sensitif atau lebih pelupa. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa otak wanita memang mengalami perubahan selama kehamilan, baik dalam hal ukuran, fungsi, maupun konektivitas antar sel saraf. Berikut adalah beberapa perubahan utama yang terjadi pada otak selama kehamilan dan alasan mengapa perubahan ini terjadi.
1. Penyusutan Sementara Volume Otak
Penelitian menunjukkan bahwa selama kehamilan, terjadi penurunan volume otak pada wanita, terutama di area yang terkait dengan pemrosesan sosial dan emosional. Namun, ini tidak berarti hilangnya fungsi otak. Penyusutan ini diyakini sebagai bentuk adaptasi yang membantu otak memfokuskan energi pada perubahan penting selama kehamilan, seperti meningkatkan kemampuan ibu untuk mengenali dan merespons kebutuhan bayi.
Penurunan volume ini bersifat sementara dan akan kembali normal setelah melahirkan. Para peneliti juga menemukan bahwa area otak yang mengalami penyusutan berkaitan dengan peningkatan kemampuan pengenalan wajah dan emosi, yang penting dalam membentuk ikatan antara ibu dan bayi.
2. Perubahan di Area Pemrosesan Emosional
Selama kehamilan, otak mengalami perubahan yang membuat calon ibu lebih responsif terhadap isyarat sosial dan emosional. Ini termasuk perubahan di area otak seperti korteks prefrontal dan amigdala, yang berperan dalam pemrosesan emosi dan empati. Hal ini membantu calon ibu menjadi lebih peka terhadap kebutuhan bayi mereka dan lebih siap meresponsnya dengan cepat dan efektif.
BACA JUGA:11 Penyebab Gusi Pucat yang Perlu Diketahui
BACA JUGA:34 Kafilah Kota Jambi Masuk Final MTQ Tingkat Provinsi Jambi
Peningkatan aktivitas di bagian otak yang terkait dengan empati dan pengaturan emosi juga dapat menjelaskan mengapa banyak wanita hamil merasa lebih emosional atau sensitif. Perubahan hormonal, terutama peningkatan estrogen dan progesteron, turut berperan dalam memengaruhi respons emosional selama kehamilan.
3. Peningkatan "Brain Plasticity"
Kehamilan adalah salah satu periode kehidupan di mana otak mengalami peningkatan plastisitas, yang berarti kemampuannya untuk berubah dan beradaptasi meningkat. Ini membantu otak beradaptasi dengan tuntutan baru yang datang dengan kehamilan dan peran sebagai ibu. Perubahan ini membantu calon ibu menyesuaikan diri dengan tuntutan merawat bayi yang akan datang, baik secara emosional maupun praktis.
Plastisitas otak memungkinkan wanita untuk belajar lebih cepat, meningkatkan kemampuan multitasking, dan lebih responsif terhadap sinyal bayi. Meski pada beberapa ibu hamil hal ini mungkin terlihat sebagai gejala "pelupa" atau "otak hamil," kenyataannya otak sedang beradaptasi untuk fokus pada tugas-tugas penting seperti perawatan bayi.
4. Peningkatan Aktivitas Hormon
Perubahan hormon selama kehamilan juga berdampak langsung pada otak. Hormon seperti oksitosin, progesteron, dan estrogen mencapai tingkat yang sangat tinggi selama kehamilan dan mempengaruhi suasana hati, emosi, dan perilaku. Oksitosin, yang sering disebut sebagai "hormon cinta," memainkan peran penting dalam membangun ikatan emosional antara ibu dan bayi. Hormon ini juga berperan dalam mempersiapkan ibu untuk merespons kebutuhan bayi dengan cepat.
BACA JUGA:Penyakit Jantung Kardiomiopati: Jenis, Gejala, dan Pentingnya Deteksi Dini
BACA JUGA:SAH Perjuangkan Perangkat Desa, Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan
Estrogen dan progesteron, yang meningkat drastis selama kehamilan, memengaruhi fungsi kognitif dan suasana hati. Mereka dapat memicu perasaan bahagia, kecemasan, atau bahkan "mood swing" yang dialami oleh banyak wanita hamil. Hormon-hormon ini juga memengaruhi area otak yang bertanggung jawab untuk mengatur tidur, yang mungkin menjelaskan gangguan tidur yang sering dialami selama kehamilan.
5. Meningkatkan Ikatan Ibu dan Bayi
Salah satu fungsi utama perubahan otak selama kehamilan adalah untuk meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa area otak yang bertanggung jawab untuk pengenalan wajah dan pengolahan emosi menjadi lebih aktif selama dan setelah kehamilan. Hal ini memungkinkan ibu untuk lebih mengenali wajah dan isyarat emosional dari bayinya, membantu membangun hubungan emosional yang kuat sejak awal.
Koneksi yang lebih kuat di area otak yang berfokus pada empati dan perawatan juga mempersiapkan ibu untuk menghadapi tantangan emosional yang mungkin timbul selama masa kehamilan dan setelah melahirkan, seperti perasaan cemas atau stres. Hal ini dapat membantu ibu merespons bayi dengan lebih baik dan memberikan perawatan yang penuh kasih sayang.
BACA JUGA:SAH Perjuangkan Perangkat Desa, Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan
BACA JUGA:Pj Walikota Jambi Harap Kondusifitas Terjaga
6. Pengaruh pada Fungsi Kognitif
Beberapa wanita hamil melaporkan mengalami gejala yang dikenal sebagai "momnesia" atau "otak hamil," yaitu perasaan pelupa atau kurang fokus. Meski demikian, banyak penelitian menunjukkan bahwa tidak ada penurunan signifikan dalam kemampuan kognitif secara keseluruhan. Sebaliknya, perubahan ini mungkin merupakan cara otak beradaptasi untuk memprioritaskan tugas-tugas baru, seperti merawat bayi dan menjaga kesejahteraan selama kehamilan.
Otak mungkin sedang menyeimbangkan ulang fungsi-fungsi kognitif agar lebih fokus pada kebutuhan fisik dan emosional yang berkaitan dengan kehamilan dan persiapan menjadi ibu. Oleh karena itu, sedikit gangguan dalam kemampuan mengingat atau konsentrasi mungkin terjadi sebagai bagian dari perubahan normal ini.
Perubahan ini bersifat sementara dan kebanyakan akan kembali normal setelah melahirkan, meskipun beberapa efek positif, seperti peningkatan ikatan dengan bayi, dapat bertahan lebih lama. Mengetahui dan memahami perubahan ini dapat membantu calon ibu merasa lebih siap menghadapi perubahan emosi dan mental selama masa kehamilan.(*)