MUARA BUNGO— Gelombang cuaca panas yang mencapai 35 derajat Celcius melanda wilayah Kecamatan Jujuhan dan Jujuhan Ilir, Kabupaten Bungo Fenomena ini berdampak signifikan terhadap sejumlah lahan pertanian warga setempat, menyebabkan beberapa tanaman mati akibat kekurangan air.
Lahan yang terdampak termasuk areal persawahan dan ladang sayuran di beberapa desa, seperti Aurgading, Lubuk Tenam, dan Tanjung Belit. Sejak sebulan terakhir, tanaman sayuran seperti kacang panjang, cabai, terong, dan beberapa jenis sayuran lainnya dilaporkan mengalami gagal panen. Kurangnya hujan dan suhu yang sangat panas membuat tanaman sulit bertahan.
Menurut pantauan media ini, lahan pertanian di desa-desa tersebut tampak kering, dan banyak tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan optimal.
Gadih, seorang petani berusia 54 tahun dari Desa Tanjung Belit, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi ini.
"Betul bang, akibat cuaca panas sejak sebulan ini tanaman sayuran kami banyak yang mati. Padahal, ini satu-satunya penghasilan kami untuk biaya hidup. Sekarang, tanaman banyak yang mati, kami hanya bisa berharap hujan segera turun agar lahan sayuran kami bisa subur kembali," ungkap Gadih kepada media ini.
Ia juga berharap pemerintah setempat dapat memberikan bantuan kepada para petani yang terdampak.
Tidak hanya lahan sayuran, ladang padi di Desa Aurgading, Jujuhan Ilir, juga terkena dampak yang sama. Kondisi ini dibenarkan oleh Rio Aurgading, Hamrozi, yang menyatakan bahwa sejumlah warga mengeluhkan lahan padi yang kurang subur, meski usia tanaman sudah mendekati masa panen.
“Ada warga kami yang melaporkan bahwa lahan pertanian padi mereka terkena dampak gelombang panas. Kondisi batang padi menjadi kurang subur meskipun sudah lebih dari sebulan. Kami sudah melaporkan ini kepada pihak Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan mereka sudah meninjau langsung ke lapangan,” tutur Hamrozi.
Fenomena cuaca ekstrem ini memaksa para petani untuk menunggu perubahan cuaca, terutama turunnya hujan, sebagai harapan terakhir untuk menyelamatkan tanaman mereka. Para petani juga berharap adanya bantuan dari pemerintah, baik dalam bentuk bantuan air atau dukungan bibit baru untuk mengganti tanaman yang mati.
Situasi ini mencerminkan tantangan besar bagi sektor pertanian di tengah perubahan iklim, yang semakin memperparah kondisi lahan dan mengancam kesejahteraan para petani di daerah-daerah terpencil seperti Jujuhan dan Jujuhan Ilir. (mai/ira)