Pertanyaan penting tentang Syria adalah: akan menjadi negara apa setelah penguasa lamanya runtuh? Menjadi republik Islam seperti Iran, Iraq, atau Pakistan?
"Perkiraan saya akan menjadi negara emirate Islam," ujar Islah Bahrawi. "Mungkin akan mirip dengan Afghanistan sekarang," tambahnya.
Anda sudah tahu siapa Islah Bahrawi. Ia intelektual Islam yang berjuang keras untuk moderasi Islam. Ia juga ahli pemetaan terhadap gerakan terorisme. Termasuk jaringan mereka di Timur Tengah dan Asia Tenggara.
Penguasaannya pada bahasa Arab dan ilmu agama sangat dalam. Islah sejak SD sudah di sekolah Islam. Di Bangkalan. Di tengah-tengah antara Bangkalan-Sampang.
BACA JUGA:Gubernur Jambi Diminta Evaluasi Kinerja Kepala UPTD Perhubungan
BACA JUGA: UMP Jambi 2025 Naik Jadi Rp3.234.535, Gubernur Harap Kesejahteraan Pekerja Meningkat
Lulus SD ia langsung masuk pondok pesantren bintang sembilan milik ulama besar Syaikhona Kholil, Bangkalan.
Pertanyaan saya berikutnya: setelah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) berhasil menumbangkan Presiden Bashar al-Assad apakah Amerika akan mengubah statusnya dari kelompok organisasi terorisme?
"Kemungkinan besar Barat akan menghapus status itu. HTS sebenarnya kelompok oposisi pemerintahan diktator Assad, sejak sebelum ada Al Qaeda. Mereka terus berjuang menumbangkan Basyar Al Assad," ujar Bahrawi.
Perjuangan itu bahkan sudah dilakukan sejak Syria di bawah ayahnya Basyar. Dinasti diktator Assad sudah berkuasa di Syria selama lebih 50 tahun.
Perjuangan HTS sudah dilakukan sejak gerakan itu masih bernama Jabhat An Nusra. Bahwa belakangan HTS beraliansi dengan Al Qaeda itu sebagai cara untuk melawan Assad. Pun ketika HTS juga beraliansi dengan ISI dan kemudian ISIS.
Setelah ISIS terus melemah, HTS tidak ikut melemah. Perjuangan pokoknya adalah menumbangkan rezim otoriter Assad. Bahkan HTS kian bergerak ke moderat. Tidak jarang HTS didemo sendiri oleh sayap-sayap organisasi karena dianggap kurang radikal.
Dari pondok pesantren di Bangkalan, Bahrawi masuk Universitas Nasional (Unas) Jakarta. Ia ambil jurusan sastra Inggris tapi bergaulnya dengan teman-temannya di sastra Indonesia. Salah satu teman angkatannya di Unas: Gus Ipul –Saifullah Yusuf yang sekarang menteri sosial.
Dari Unas, Bahrawi ke Amerika. Ia mendalami sejarah Islam di California. Yakni di Institute Al Zaytuna –sekarang college. Di Berkeley, Oakland, tidak jauh dari rumah masa kecil Wapres Kamala Harris.
Saat di Amerika itulah terjadi terorisme 9/11 di New York. Islam sangat tersudutkan. Di AS. Dan di seluruh dunia.
"Kalau begini caranya orang non Islam kian anti Islam dan yang Islam meninggalkan agama," katanya.
Sejak itulah Bahrawi menjadi aktivis gerakan mederasi agama. Ia punya modal sosial yang kuat: Madura, alumnus pondok Syaikhona Kholil, alumnus Al Zaytuna pula.
Pertanyaan ketiga: siapa yang akan tampil sebagai pemimpin baru negara Syria? Apakah Abu Muhammad al-Jawlani, pemimpin HTS yang kini berumur 42 tahun?
"Kalau ia yang akan tampil akan rentan," ujar Bahrawi. Tapi memang tidak mudah mencari pilihan. Terlalu banyak kelompok di dalamnya. Itu sudah "hukum revolusi". Begitu berhasil akan terjadi rebutan posisi.
HTS pernah membuat luka yang sangat dalam. Dua ulama terbesar Syria dibunuh HTS: Syaikh Ramadhan al-Buthi dan Syaikh Adnan al-Afyouni.
Al Jawlani sendiri terus memoles diri. Citra lamanya yang terkait Al Qaeda dan ISIS ia jauhi. Al Jawlani kini lebih banyak tampil humanis. Tidak mau lagi pakai nama jihadnya Al Jawlani. Ia kembali memakai nama lahirnya: Ahmed Shaara.
Pertanyaan susulan: Kalau Al Jawlani alias Ahmed Shaara tidak bisa diterima luas, lalu siapa alternatifnya?
"Ada tokoh oposisi bernama Usamah Rifa'i. Ia musuh lama Assad. Termasuk musuh ayahnya, Hafez al-Assad," jawab Bahrawi.
Masih ada satu lagi: Ragheed Ahmad al-Tatari. "Tokoh ini begitu dielu-elukan oleh publik. Yakni setelah pemberontak membebaskannya dari penjara Minggu kemarin," ujar Bahrawi.
Dua tokoh itu berada di penjara selama 43 tahun. Rasanya mereka kini berumur 70 tahunan.
Tatari seorang pilot pesawat tempur. Ia dipenjara karena menolak perintah Assad untuk menjatuhkan bom di sasaran yang padat dengan penduduk sipil. Sasaran itu: kampung Hama. Di tahun 1982.