Mungkin salah satu dari keduanya bisa jadi jalan tengah untuk pertentangan banyak faksi di kalangan oposisi.
Bahrawi sudah dua kali ke Syria. Banyak kelompok pergerakan di sana yang terjebak hadis-hadis palsu. Utamanya hadis yang memuliakan tanah Syria sebagai tanah yang dijanjikan tempat lahirnya kejayaan Islam masa depan.
"Sebenarnya hadis-hadis palsu itu dimunculkan untuk kebutuhan perang melawan kekaisaran Utsmani," katanya.
Bahrawi punya dua anak. Yang sulung lagi kuliah bisnis di Edinburg, Skotlandia. Untuk S-2. Sedang adiknya masih kuliah S-1 di UM Malaysia.
BACA JUGA:Simpan Sabu dan Ekstasi Ditanam Dalam Kebun Tebu
BACA JUGA:Kemenag Jambi Tingkatkan Sinergi dengan Media
"Apakah anak-anak masih bisa bahasa Madura?" tanya saya.
"Masih sangat fasih," ujar Bahrawi. "Ibu mereka kan juga Madura, meski kami dipertemukan di Jakarta," tambahnya.
Bahrawi terus mengamati perkembangan di Syria. Utamanya ke arah mana Syria akan menuju. Bagaimana pula hubungannya dengan organisasi-organisasi terorisme internasional. Ketidakstabilan di sana bisa merangsang munculnya ekstremitas.
Kalau "hukum revolusi" juga berlaku di Syria maka sulit berharap negara itu akan stabil dalam waktu lima tahun ke depan.
Kita pun dulu begitu. Setelah runtuhnya penjajahan Belanda terjadi ketidakstabilan yang panjang. Pun setelah runtuhnya Orde Lama. Demikian juga setelah runtuhnya Orde Baru.
Untuk membangun perlu stabilitas. Stabilitas tidak bisa datang begitu saja.(Dahlan Iskan)