"Emoooooh", teriak mereka yang duduk menghadiri acara di Gedung Sekolah Partai di Kebagusan Jakarta Selatan itu.
Saya tidak tahu apakah seniman Butet Kartarejasa yang hadir juga teriak ”emoooooh”.
Emoh adalah bahasa Jawa untuk "tidak mau". "Ora gelem" juga berarti "tidak mau" tapi kosakata "emoh" lebih bernada sekaligus mencemoohkan yang ditolak itu. Apalagi kalau "o"-nya sampai lima "o”.
Pakar komunikasi politik seperti Prof Dr Effendi Gazali menggambarkannya secara jenaka: ketika Megawati pernah mengatakan tidak mau jadi ketua umum lagi, ternyata ada yang mau. Tapi yang mau itu diam ketika ditanya apakah mau. Maka Megawati bertanya kepada yang hadir apakah mereka mau memilih orang yang mau itu.
"Emoooooh," jawab mereka.
Mega masih belum puas karena masih ada sebagian yang hadir yang belum bilang "emoooooh". "Berarti yang di sana itu mau ya?" tanya Mega.
"Emoooooh...," jawab mereka.
Siapa orang yang mau itu tidak disebut. Tapi antara Mega dengan yang hadir terasa sama-sama tahu siapa ia.