Dewan Langitan

Senin 10 Feb 2025 - 22:17 WIB
Reporter : Dahlan Iskan

 

Jalannya rapat pun meriah –cenderung kacau. Semua organisasi pers merasa sejajar. PWI tidak diistimewakan lagi. PWI dianggap bagian dari Orde Baru.

 

Yang lebih sulit lagi saat pemilihan siapa yang akan jadi ketua Dewan Pers. Calonnya terlalu banyak. Masing-masing organisasi mengajukan calon ketuanya sendiri. Semua merasa berhak. Merasa mampu.

 

Saya tidak mau mencalonkan diri, meski beberapa orang minta saya maju. Saat itulah saya berbicara di forum: mengapa saya tidak mencalonkan diri.

 

"Calon ketua Dewan Pers haruslah seorang tokoh yang sudah di kelas Langitan," kata saya.

 

Waktu itu istilah “Langitan” lagi top berkat Gus Dur: ada istilah baru “Kiai Langitan”. Itu untuk membedakan kelas-kelas dalam kekiaian.

 

Ada kiai yang pesantrennya besar, ternama, tapi kualitas kiainya belum Langitan. Ada lagi kiai terkenal tapi tidak langitan karena terlalu berpolitik.

 

Maka ketua Dewan Pers haruslah seorang intelektual terkemuka. Bukan sekadar bergelar doktor atau master. Sang calon juga punya komitmen terhadap kebebasan pers. Ia/dia harus pendukung demokrasi. Bijak. Independen.  Berwibawa di depan masyarakat pers. Juga punya latar belakang sebagai orang pergerakan.

 

"Saya tidak mencalonkan karena merasa belum di kelas itu," kata saya waktu itu.

Tags :
Kategori :

Terkait