Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bungo melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Rahmad Fitri, mengungkapkan bahwa angka ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.
"Alhamdulillah, kasus DBD pada awal tahun 2025 tercatat hanya delapan kasus, sementara pada Januari 2024 terdapat 35 kasus dan Februari 33 kasus," ujarnya.
Menurut Rahmad Fitri, penurunan kasus DBD ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, terutama pada musim hujan. Nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi penyebab utama penyebaran DBD, berkembang biak dengan cepat di genangan air yang sering muncul saat musim hujan.
"Siklus DBD biasanya meningkat pada musim hujan karena adanya genangan air yang menjadi tempat bertelur bagi nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk menerapkan 3M Plus, yaitu menguras, mengubur, dan menutup tempat penampungan air, serta melakukan abatesasi untuk membasmi jentik nyamuk," jelasnya.
Selain itu, pihak Dinas Kesehatan bersama puskesmas juga terus meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD dengan melakukan berbagai upaya preventif. Setiap puskesmas di Kabupaten Bungo diwajibkan untuk mengadakan kegiatan promotif, seperti edukasi melalui siaran keliling, penyebaran bubuk Abate, serta melaporkan dengan cepat jika ada pasien yang diduga terkena DBD.
"Kami juga telah menyiapkan logistik yang cukup, termasuk larvasida atau Abate, insektisida, dan reagen pemeriksaan DBD, guna memastikan kesiapan dalam penanganan kasus DBD di Kabupaten Bungo," tambah Rahmad.
Dinkes Kabupaten Bungo mengapresiasi peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Diharapkan tren penurunan kasus DBD ini dapat terus berlanjut dan Kabupaten Bungo dapat terbebas dari ancaman penyakit ini di masa mendatang. (mai/ira)
Kategori :