Mengenal SVT, Gangguan Irama Jantung yang Bisa Dialami Usia Muda dan Ancam Jiwa

Selasa 20 May 2025 - 12:00 WIB
Reporter : Finarman
Editor : Finarman

JAKARTA – Supraventricular Tachycardia (SVT) merupakan salah satu gangguan irama jantung (aritmia) yang ditandai dengan detak jantung sangat cepat secara tiba-tiba.

Meski sering dikaitkan dengan usia lanjut, kondisi ini juga dapat dialami oleh anak muda, bahkan anak-anak.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah subspesialis aritmia dari RS Siloam TB Simatupang, dr. Dony Yugo Hermanto, Sp.JP (K), FIHA, menjelaskan bahwa jika tidak ditangani, SVT dapat menimbulkan komplikasi serius seperti gagal jantung, stroke, bahkan kematian mendadak.

“Aritmia secara umum terbagi tiga, yaitu irama jantung terlalu cepat (tachycardia), terlalu lambat (bradycardia), dan irama tidak beraturan (flutter),” jelas dr. Dony.

BACA JUGA:Rumah Warga Hancur Diterjang Putting Beliung, Cuaca Ekstrem di Tanjab Timur

BACA JUGA:Gubernur Ungkap Bahaya Judol bagi Pelajar, Al Haris: Mengancam Masa Depan

Gejala dan Penyebab SVT

SVT ditandai dengan detak jantung lebih dari 150 denyut per menit yang muncul tiba-tiba, bahkan saat seseorang sedang dalam kondisi istirahat. Gejala umum meliputi jantung berdebar, rasa tidak nyaman di dada, ingin muntah, atau batuk mendadak.

“Detak jantung cepat saat berolahraga itu normal, tapi bila muncul tanpa aktivitas fisik, itu tanda bahaya,” kata dr. Dony.

Penyebab SVT antara lain:

BACA JUGA:13 Kendaraan Diamankan Polres Sarolangun dari Residivis Curanmor dan Narkoba di Sarolangun

BACA JUGA:Bupati Anwar Sadat Serahkan SK 622 ASN Baru di Tanjab Barat

1. Proses degeneratif akibat penuaan

2. Kelainan bawaan pada sistem listrik jantung

3. Stres, kafein, atau konsumsi obat-obatan tertentu

SVT biasanya berlangsung singkat, antara 2 hingga 3 jam, dan bisa mereda sendiri. Namun, bila sering terjadi, bisa berisiko tinggi.
Komplikasi Berbahaya Akibat SVT.

BACA JUGA:Nikmati Honda Premium Matic Day, Hadir di Jamtos, Dapatkan Diskon Hingga Rp 800 Ribu

BACA JUGA:Berhasil Menjual 750,9 Ton Gabah ke Bulog, Petani Tanjabtim Tingkatkan Kualitas

Jika dibiarkan tanpa pengobatan, SVT dapat menimbulkan tiga risiko serius:

1. Pingsan akibat denyut jantung ekstrem

2. Kematian mendadak pada kelainan irama jantung bawaan (detak jantung bisa mencapai 300 bpm)

3. Atrial fibrillation (AF), yaitu gangguan irama jantung kompleks yang meningkatkan risiko stroke dan gagal jantung

BACA JUGA:Bupati BBS Hadiri Peringatan Waisak, Sebut Pentingnya Moderasi Beragama 

BACA JUGA: 66 Kasus Kebakaran Selama 4 Bulan di Batanghari

Solusi Medis: Prosedur Ablasi

Penanganan efektif untuk SVT adalah melalui prosedur ablasi, yakni teknik non-bedah yang bertujuan menonaktifkan jaringan listrik abnormal di jantung menggunakan energi frekuensi radio (RF).

Prosedur ini dilakukan melalui kateter yang dimasukkan dari pangkal paha menuju jantung tanpa perlu pembelahan dada.

“Ablasi memiliki tingkat keberhasilan 90-95 persen, bisa dilakukan mulai dari anak usia 5 tahun hingga lansia,” ungkap dr. Dony.

Teknologi pemetaan jantung 2D dan 3D digunakan untuk menentukan lokasi gangguan secara akurat. RS Siloam TB Simatupang saat ini telah dilengkapi dengan sistem pemetaan 3D untuk kasus aritmia kompleks.

Meski aman, ablasi tetap memiliki risiko seperti:

1. Cedera pada sistem listrik utama jantung, yang dapat memerlukan pemasangan alat pacu jantung

2. Pembengkakan pada area pangkal paha pasca prosedur

SVT adalah gangguan jantung yang bisa dialami siapa saja, termasuk kalangan muda. Deteksi dini dan penanganan tepat seperti ablasi sangat penting untuk mencegah komplikasi berbahaya.

“Masyarakat perlu lebih waspada terhadap detak jantung yang tidak normal, terutama yang muncul tanpa sebab jelas. Jangan ragu untuk memeriksakan diri,” pungkas dr. Dony. (*)

Kategori :