Pasien Moyamoya Disarankan Jalani Terapi Okupasi Pasca Operasi untuk Pulihkan Fungsi Tubuh

ilustrasi: penyakit moyamoya yang telah menjalani tindakan operasi disarankan untuk melanjutkan proses pemulihan dengan terapi okupasi.-foto: tctmd-

JAKARTA -  Pasien dengan penyakit moyamoya yang telah menjalani tindakan operasi disarankan untuk melanjutkan proses pemulihan dengan terapi okupasi guna mempercepat pemulihan fungsi organ dan aktivitas harian.

Hal ini disampaikan oleh Handayani Andri, AMd.OT, terapis okupasi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dr. Mahar Mardjono, dalam diskusi daring.

Menurutnya, kombinasi antara tindakan medis dan rehabilitasi merupakan langkah terbaik bagi pasien moyamoya untuk mencapai kualitas hidup yang optimal pascaoperasi.

“Pasien yang langsung menjalani terapi setelah operasi umumnya memiliki tingkat pemulihan yang lebih baik dibanding yang hanya berdiam diri di rumah. Tindakan medis dan rehabilitasi sebaiknya berjalan berdampingan,” ujar terapis yang akrab disapa Lia.

BACA JUGA:Tausiyah Jumat, SAH Ingatkan Larangan Berbuat Zalim dan Pembelaan Islam pada Orang yang Dizalimi

BACA JUGA:Warga Temukan Beras Sintetis di Batanghari, Diduga Oplosan, Polisi Ambil Sampel Untuk Penyelidikan

Lia menjelaskan bahwa sebelum terapi dilakukan, kondisi fisik dan keterbatasan pasien akan dinilai melalui proses asesmen.

Setelah itu, tim rehabilitasi akan menyusun program terapi yang disesuaikan secara individual agar pasien bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Terapi okupasi tidak hanya menyasar pasien, tetapi juga melibatkan pembekalan bagi pengasuh atau anggota keluarga. Edukasi diberikan mengenai cara membantu pasien dengan tepat, termasuk adaptasi lingkungan rumah dan penggunaan alat bantu yang sesuai.

“Terapi okupasi juga mengajari orang terdekat untuk mendukung pasien secara mental dan fisik, bukan sekadar membantu, tapi memotivasi agar pasien bisa mandiri,” jelas Lia.

BACA JUGA:9 Kendaraan Pengangkut BBM Subsidi Ilegal Diamankan

BACA JUGA:Gubernur Al Haris Temui Menteri PU, Dorong Pembangunan Infrastruktur di Jambi

Terapi okupasi dapat diberikan kepada pasien di semua usia, dari anak-anak hingga dewasa. Pada anak-anak, terapi berfokus pada pemulihan fungsi memori, pengembangan kemampuan berpikir, serta persiapan kembali ke sekolah.

Sementara pada pasien dewasa, terapi difokuskan pada pemulihan fungsi motorik, kognitif, serta kemampuan mental akibat dampak neurologis dari penyakit ini.

Terapi dapat dilakukan di rumah sakit maupun di klinik, tergantung kebutuhan pasien. Namun, seluruh proses harus berada di bawah pengawasan dokter dan tenaga medis.

Apa Itu Penyakit Moyamoya?

BACA JUGA:Wawako Sungai Penuh Azhar Lepas 93 JCH Kota Sungai Penuh

BACA JUGA:Berbagi untuk Kemanusiaan, JNE Serahkan Mobil Jenazah, Gelar Donor Darah dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

Moyamoya merupakan penyakit kronis langka yang ditandai dengan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah arteri di otak, terutama arteri karotis internal.

Ketika aliran darah utama terganggu, tubuh membentuk pembuluh darah kecil baru sebagai kompensasi — yang dalam pencitraan otak tampak seperti “kabut” atau moyamoya dalam bahasa Jepang.

Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan fungsi otak, keterlambatan perkembangan kognitif, stroke, dan dalam kasus parah, kerusakan otak permanen. Oleh karena itu, rehabilitasi pascaoperasi seperti terapi okupasi menjadi kunci penting dalam proses pemulihan pasien. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan