TOKYO,JAMBIKORAN.COM – Ramalan bencana yang dipublikasikan dalam komik manga karya Ryo Tatsuki, seniman sekaligus peramal yang dijuluki “Baba Vanga-nya Jepang,” tengah menyulut ketakutan luas di masyarakat. Dalam cetakan ulang komik Watashi ga Mita Mirai (Masa Depan yang Kulihat), Ryo meramalkan akan terjadi tsunami dahsyat di Jepang pada Sabtu, 5 Juli 2025.
Komik yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1999 itu sebelumnya sempat menjadi sorotan karena dinilai "meramalkan" tragedi gempa bumi Tohoku 2011, yang terjadi tepat pada tanggal 11 Maret seperti yang digambarkan dalam kisahnya. Kini, kemunculan kembali prediksi terbaru yang menggambarkan retakan bawah laut di Samudra Pasifik memicu kepanikan, khususnya di wilayah barat daya Jepang yang disebut-sebut akan menjadi pusat bencana.
Meski ramalan tersebut tidak didukung oleh data ilmiah, penyebarannya di media sosial menjadi viral dan berdampak signifikan terhadap sektor pariwisata serta ekonomi. Greater Bay Airlines Hong Kong melaporkan penurunan pemesanan sebesar 30 persen, dan beberapa maskapai lain juga telah mengurangi rute penerbangan ke Jepang. Prefektur Tottori bahkan mencatat penurunan pemesanan wisatawan dari Hong Kong hingga hampir 50 persen.
Gubernur Tottori, Shinji Hirai, mengakui bahwa kekhawatiran publik terhadap ramalan ini berdampak nyata. “Minat untuk datang ke Jepang mulai memudar. Dampak rumor tersebut tidak dapat disangkal,” ujarnya.
Pakar dan Otoritas Serukan Ketelitian Publik
Menanggapi kekhawatiran masyarakat, Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan pernyataan resmi bahwa tidak ada dasar ilmiah atas ramalan tersebut. Profesor Sekiya Naoya dari Universitas Tokyo menegaskan: “Tidak ada cara, dengan sains saat ini, untuk memprediksi secara tepat kapan dan di mana gempa bumi akan terjadi.”
BACA JUGA:Tingkatan Mutu Pendidikan, Bupati BBS Temui Mendikdasmen di Jakarta
BACA JUGA:Wawako Diza Dampingi Gubernur Temui Mendikdasmen, Sampaikan Langsung Aspirasi Pendidikan Kota Jambi
Senada dengan itu, Profesor Kimiro Meguro yang juga dari Universitas Tokyo menyatakan bahwa penyebaran prediksi fiktif seperti ini hanya menambah kepanikan dan dapat menimbulkan bahaya sosial yang lebih luas. Ia menekankan bahwa pendekatan non-ilmiah terhadap mitigasi bencana seharusnya tidak dijadikan acuan masyarakat.
Gubernur Miyagi, Yoshihiro Murai, bahkan menyebut penyebaran informasi tidak ilmiah sebagai “masalah besar” yang dapat berdampak luas pada sektor pariwisata. Gubernur Tokushima, Masazumi Gotoda, mengingatkan publik bahwa “gempa bumi bisa terjadi kapan saja, di mana saja, terlepas dari apa yang dikatakan dalam buku komik.”
Media Sosial dan Kepanikan Digital
Ramalan Ryo Tatsuki turut diperkuat oleh tren viral di media sosial, dengan berbagai tagar yang membahas prediksi 5 Juli menjadi topik hangat. Meskipun banyak yang skeptis, tidak sedikit yang merasa khawatir. Bahkan seorang ahli feng shui dari Hong Kong turut memperkeruh suasana dengan pernyataan bahwa gempa besar berpotensi terjadi antara Juni hingga Agustus.
Gearoid Reidy dari Bloomberg mengomentari bahwa prediksi semacam ini sangat tidak mungkin secara statistik, namun ketakutan publik kerap mengabaikan hal tersebut.
Pemerintah Serukan Kesiapsiagaan Berbasis Fakta
Di tengah hiruk pikuk ramalan, pemerintah Jepang tetap menekankan pentingnya kesiapsiagaan, bukan karena prediksi fiksi, melainkan karena Jepang memang berada di zona rawan bencana. “Bersiaplah menghadapi bencana—bukan karena komik mengatakan demikian, tetapi karena di Jepang, bencana besar berikutnya bukanlah masalah jika, tetapi kapan,” pungkas Reidy.