KATHMANDU – Ribuan generasi muda Nepal atau Gen Z menjadi motor penggerak gelombang protes besar-besaran yang mengguncang negara berpenduduk 30 juta jiwa itu. Aksi mereka memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri setelah dituduh gagal memberantas korupsi dan praktik nepotisme, yang telah mengakar sejak Nepal beralih dari sistem monarki pada 2008.
Kerusuhan yang berlangsung selama dua hari mengakibatkan sedikitnya 72 orang tewas akibat tindakan represif aparat. Kejadian ini memperdalam krisis kepercayaan publik terhadap elit politik Nepal yang selama 15 tahun terakhir dikuasai oleh tiga partai besar dengan pergantian pemerintahan sebanyak 14 kali.
Dalam situasi politik yang kacau, kelompok pemuda bernama Hami Nepal memelopori langkah unik. Yakni memilih pemimpin sementara lewat debat dan jajak pendapat virtual di Discord, aplikasi pesan populer di kalangan gamer. Kanal “Youth Against Corruption” yang mereka kelola menarik lebih dari 10 ribu peserta aktif, termasuk diaspora Nepal di luar negeri, dengan tambahan 6 ribu penonton lewat siaran langsung di YouTube.
BACA JUGA:Saling Rujak
BACA JUGA:Gibran Utus 3 Pengacara
Selama berjam-jam, peserta berdebat sengit mengenai masa depan Nepal, mulai dari isu lapangan kerja, reformasi kepolisian, pendidikan, hingga layanan kesehatan. Dari lima nama kandidat, mereka akhirnya memilih Sushila Karki (73 tahun), mantan Ketua Mahkamah Agung yang dikenal berani menindak korupsi, untuk menjabat sebagai perdana menteri sementara.
“Dalam situasi ini, saya sebenarnya tidak ingin berada di sini. Nama saya dibawa dari jalanan,” kata Karki usai dilantik pada Jumat (12/9).
Ia menegaskan tidak akan menjabat lebih dari enam bulan dan berjanji menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan berikutnya.
Pemilihan melalui Discord ini dinilai sebagai eksperimen radikal dalam demokrasi digital.
“Orang-orang belajar sambil jalan. Banyak yang awalnya tidak tahu apa arti membubarkan parlemen atau pemerintahan sementara, tapi kami mencari tahu bersama,” ujar Regina Basnet, seorang lulusan hukum berusia 25 tahun yang ikut dalam diskusi.
Presiden Nepal, Ramchandra Paudel, telah membubarkan parlemen dan menjadwalkan pemilu nasional pada Maret 2026. Sementara itu, sejumlah tokoh lain seperti wali kota Kathmandu yang juga rapper populer, Balen Shah, dipandang berpotensi kuat mencalonkan diri pada Pemilu mendatang.
Para analis menilai apa yang terjadi di Nepal bisa menjadi awal dari bentuk demokrasi baru yang lebih transparan, namun juga penuh risiko. (*)