Inilah Proses Otak Saat Bangun Tidur Menurut Kajian Neurosains

Rabu 22 Oct 2025 - 17:45 WIB
Reporter : Ratna Damayanti
Editor : Finarman

JAMBIKORAN.COM – Pernah merasa tubuh sudah terbangun, tetapi pikiran masih terasa lambat dan belum sepenuhnya sadar? Kondisi ini memiliki penjelasan ilmiah. 

Berdasarkan temuan dari Live Science dan The Neuroscience School, proses “bangun” otak ternyata bukan hanya tentang membuka mata, melainkan melibatkan mekanisme kimia dan aktivitas saraf yang cukup rumit.

Ketika seseorang mulai beranjak dari tidur, otak mengalami fase peralihan dari keadaan tidur menuju sadar penuh yang dikenal dengan istilah sleep inertia. 

Pada tahap ini, bagian otak yang berperan dalam mengatur fokus, logika, dan pengambilan keputusan terutama korteks prefrontal belum sepenuhnya aktif.

BACA JUGA:Digerebek Saat Malam! Pria Hajran Kabupaten Batanghari Ketahuan Edarkan Sabu dan Ganja di Rumah Sendiri

BACA JUGA:Rayyan Dhika Bikin Heboh Dunia Maya, Kolaborasi dengan Zahrah S Khan dalam Lagu “Aura Farming”

Itulah sebabnya banyak orang masih merasa lamban berpikir atau kesulitan berkonsentrasi beberapa saat setelah bangun tidur.

Peneliti dari The Neuroscience School menjelaskan bahwa proses kebangkitan dimulai di area batang otak (brainstem) dan hipotalamus. 

Kedua bagian ini mengirimkan sinyal listrik yang memicu pelepasan zat kimia otak seperti norepinefrin, dopamin, dan asetilkolin. 

Zat tersebut berperan penting dalam mengaktifkan jaringan saraf di seluruh otak agar kembali siaga.

BACA JUGA:KPK Selidiki Dugaan Hadiah Mobil Mewah Rp1 Miliar dari Anggota DPR Heri Gunawan kepada Seorang Perempuan

BACA JUGA:Tragis! Bocah 6 Tahun Tewas Setelah Tiga Hari Disiksa Ibu Tiri

Dalam beberapa menit, gelombang otak berubah dari pola delta yang biasanya muncul saat tidur menjadi gelombang beta, tanda bahwa otak mulai berada dalam kondisi sadar. 

Pada saat yang sama, detak jantung serta tekanan darah meningkat perlahan, mempersiapkan tubuh untuk beraktivitas.

Namun, kecepatan otak untuk benar-benar “terbangun” berbeda pada setiap orang. Faktor seperti lama tidur, kualitas istirahat, paparan cahaya pagi, hingga kebiasaan minum kafein turut memengaruhi proses ini. 

Kategori :