4. Kekerasan dalam rumah tangga
Kekerasan domestik juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. Hubungan keluarga yang diwarnai kekerasan fisik maupun verbal dapat menjadikan kehadiran ayah sebagai sumber ketakutan, bukan rasa aman.
Anak yang tumbuh dalam situasi penuh kekerasan sering kali mengalami kesulitan untuk mempercayai orang lain dan merasa tidak aman dalam relasi sosialnya di masa depan. Kondisi ini membuat anak kehilangan figur pelindung yang seharusnya diberikan ayah.
5. Kematian ayah dan dampaknya pada anak
Berbeda dari faktor lainnya, fatherless juga bisa terjadi akibat kematian ayah. Meski situasi ini tidak dapat dihindari, kehilangan tersebut tetap meninggalkan ruang kosong dalam diri anak.
Anak masih memiliki peluang untuk menumbuhkan hal-hal positif dari rasa kehilangan itu. Lingkungan sekitar dapat membantu menggantikan peran ayah melalui kehadiran figur lain yang memberikan dukungan dan kasih sayang.
Ia mengajak masyarakat untuk mengubah pandangan dari “fatherless society” menjadi “father-involved society,” yakni masyarakat yang tetap menghadirkan peran figur ayah, baik dari ayah biologis maupun tokoh lain di sekitar anak.
Menurut Widya, hidup tidak selalu berjalan ideal, tetapi anak dapat belajar menemukan kekuatan dari situasi sulit yang dialami. “Kehilangan memang meninggalkan ruang, namun dari ruang kosong itu, selalu ada kesempatan untuk menumbuhkan hal-hal positif,” tutupnya.(Mg07/Viz)